Senayan Berasal dari Wangsanayan, Pangeran dari Cirebon Pernah Tinggal di Wilayah Kuningan

24 Juli 2020, 10:18 WIB
STADION Utama Gelora Bung Karno, Senayan.* /

ZONA PRIANGAN - Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, selalu menarik kunjungan masyarakat Indonesia.

Banyak masyarakat dari pelosok Nusantara yang mencari peruntungan di Jakarta, walau tidak semuanya meraih sukses.

Di sisi lain, banyak wilayah di Jakarta yang memiliki nama-nama unik, berikut sejarah penamaannya.

Baca Juga: Kebagusan Itu Nama Seorang Putri Cantik yang Bunuh Diri, Kalau Ragunan Gelar untuk Tuan Tanah

Berikut nama-nama wilayah di Jakarta sekaligus asal usulnya, yang disarikan zonapriangan.com dari berbagai sumber.

1. Glodok
Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh pada pancuran air.

Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali Ciliwung.

Baca Juga: Proteus, Proyek Ambisius Stasiun Riset dan Habitat Bawah Air

Orang Tionghoa dan keturunannya menyebut grojok dengan glodok karena orang Tionghoa sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang pribumi.

2. Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam.

Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si kwi tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang.

Baca Juga: Ibunda Yodi Prabowo Ungkap Saingan Suci Fitri Berambisi Dapatkan Anaknya, Hingga Putuskan Pacar

3. Senayan
Dulu daerah Senayan adalah milik seorang yang bernama Wangsanayan yang berasal dari Bali.

Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan Wangsanayan yang berarti tanah tempat tinggal atau tanah milik Wangsanayan.

Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama Wangsanayan menjadi Senayan.

Baca Juga: Guru Honorer Curhat, Dede Yusuf: Zaman SBY Ada 1 Juta yang Diangkat Jadi CPNS

4. Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak pohon buah-buahan.

Karena banyak pohon buah menteng orang menyebut wilayah tersebut dengan nama kampung menteng.

Setelah tanah itu dibeli oleh pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda, maka daerah itu disebut Menteng.

Baca Juga: Ternyata Pantai Pangandaran Sempat Masuk Daftar Hitam, Budi: Banyak Tenda Biru yang Kumuh

5. Jalan Jaksa
Jalan yang berada di daerah Jakarta Pusat ini menjadi pusatnya orang asing yang tinggal di Jakarta, tapi dahulu kala tempat ini banyak sekali kos-kosan yang ditempati oleh pelajar-pelajar Indonesia yang sekolah hukum Belanda.

6. Matraman
Dahulu kala merupakan home basenya Sultan Agung yang mau menyerang Batavia, karena Sultan Agung dari Mataram maka tempat tersebut dikenal dengan Mataraman dan lama-lama sebutan tersebut menjadi Matraman.

7. Karet Tengsin
Dahulu kala tempat ini adalah perkebunan karet milik etnis Tionghoa bernama Tieng Shin, karena orang pribumi susah menyebutnya jadi Tengsin saja.

Baca Juga: Setelah dari Emas, Kini Ada Masker Berhiaskan Permata, Harganya Rp 29 Juta

8. Kuningan
Dulunya adalah tempat menetapnya seorang pangeran dari Cirebon bernama Pangeran Koeningan.

9. Buncit
Dahulu di jalan Buncit Raya ada seorang pedagang kelontong etnis Tionghoa berperut gendut (buncit) yang sangat terkenal.

10. Bangka
Dahulu disana banyak ditemukan mayat (bangke/ bangkai) orang yang dibuang ke kali Krukut.

Baca Juga: Parade Puisi Virtual di Banjar, Siti Maroah: Ada Unsur Edukatif

11. Cilandak
Konon di sana pernah ditemukan seekor landak raksasa.

12. Tegal Parang
Disana dulu banyak ditemukan alang-alang tinggi (tegalan) yang dipotong dengan parang (golok).

13. Blok A/M/S
Dulunya sekitar itu tempat pembukaan perumahan baru yang ditandai dengan blok, mulai A-S, sayang yang tersisa hanya 3 blok saja.

Baca Juga: Eyang Dalem Ibrahim Cipatik, Ulama Bandung yang Mampu Membuat Tentara Belanda Kesemutan

14. Pasar Rumput
Dulunya tempat berkumpulnya tukang rumput yang menjual untuk kalangan meneer Belanda yang tinggal dikampung Elit Menteng.

15. Kalimalang
Karena kali atau sungai yang mengalir di sepanjang jalan tersebut tidak mengarah ke laut (utara), melainkan kearah barat (silang atau malang).***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler