ZONA PRIANGAN - Ternyata nama-nama wilayah di Jakarta masih banyak yang mengundang penasaran.
Penamaan yang sekarang dikenal, banyak yang dikait-kaitkan dengan sejarah perkembangan Jakarta sendiri
Ada yang berasal dari penjajahan Belanda, ada juga dari cerita perjuangan bangsa Indonesia.
Baca Juga: Senayan Berasal dari Wangsanayan, Pangeran dari Cirebon Pernah Tinggal di Wilayah Kuningan
Nama yang muncul tidak sedikit juga dari asal-usul kearifan lokal daerah setempat.
Berikut zonapriangan.com kembali menyarikan dari berbagai sumber tentang penggunaan nama di sejumlah wilayah Jakarta.
1. Lebak Bulus
Baca Juga: Eyang Dalem Ibrahim Cipatik, Ulama Bandung yang Mampu Membuat Tentara Belanda Kesemutan
Dahulu kala di sini jadi sentral penjual penyu atau kura-kura yang dijajakan di kolam-kolam, lebak artinya kolam, bulus artinya penyu atau kura-kura.
2. Boplo
Berlokasi di belakang stasiun Gondangdia, Menteng.
Dahulu kala tempat ini adalah tanah perusahaan kontraktor Belanda NV De Bouwploeg.
Baca Juga: Jabar Bergerak Bagikan Sembako untuk Tokoh Agama dan Veteran
3. Kampung Ambon
Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, nama Kampung Ambon sudah ada sejak tahun 1619.
Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jendral VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.
Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara.
Baca Juga: Kepala Dinas PU Banjar Diperiksa, KPK Belum Umumkan Tersangka
Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.
Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.
4. Sunda Kelapa
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan di teluk Jakarta.
Baca Juga: Bantu UMKM, Pelaku Usaha Perhotelan Diimbau Beli Produk Khas Garut
Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental.
Dalam buku tersebut diceritakan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa.
Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.
Baca Juga: Dalam 20 Tahun, Bakal Terjadi Tsunami Limbah Plastik
5. Pondok Gede
Sekitar tahun 1775 lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut Onderneming.
Di sana terdapat sebuah Landhuis atau rumah besar tempat tinggal sekaligus tempat mengurus usaha pertanian dan peternakan milik Johannes Hoojiman.
Baca Juga: Pembinaan Terhadap Perangkat Desa, Upaya Antisipasi Masuknya Narkoba
Karena merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada di lokasi tersebut masyarakat pribumi menyebutnya Pondok Gede.
6. Pasar Senen
Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck.
Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck), tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen (disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering meyebut Senen ketimbang Senin).
Baca Juga: Putus Mata Rantai Pengangguran, Disiapkan Bimbingan Tes Jadi CPNS Secara Gratis
Namun seiring kemajuan dan Pasar Senen semakin ramai, maka sejak tahun 1766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.
7. Kebayoran
Kebayoran berasal dari kata kebayuran yang artinya tempat penimbunan kayu bayur, kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap rayap.
Baca Juga: Tanpa Exit Tol Sama Saja Membunuh Kota Banjar, Nana: Sampai Sekarang Masih Misteri
8. Kebagusan
Nama Kebagusan, daerah yang menjadi tempat hunian mantan Presiden Megawati berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang.
Konon kecantikan gadis keturunan kesultanan Banten ini membuat banyak pemuda ingin meminangnya.
Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu, ia akhirnya memilih bunuh diri.
Baca Juga: Merebak Rumor Naeun Tidak Ikut Tampil, Label April Beri Klarifikasi
Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu Bagus.
9. Ragunan
Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang disandang tuan tanah pertama kawasan tersebut bernama Hendrik Lucaasz Cardeel yang diperolehnya dari sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng Tirtayasa.
Baca Juga: Tujuh Cara Ampuh Hindari Kanker Akibat Kulit Terbakar Matahari
10. Paal Meriam
Asal usul nama daerah yang berada di perempatan Matraman dengan Jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813.
Pada waktu itu pasukan altileri meriam Inggris yang akan menyerang Batavia mengambil daerah itu untuk meletakkan meriam yang sudah siap ditembakkan.
Baca Juga: Jalan Menuju Makam Bupati Rusak, warga Tanjung Manggu Lakukan Perbaikan Secara Swadaya
Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini Paal Meriam (tempat meriam dipersiapkan).***