Beredar Peta Sebaran Covid-19 Jakarta Berwarna Hitam, Wagub Bantah, BIN: Hoaks, Sedang Ditelusuri

- 12 Agustus 2020, 20:30 WIB
Ilustrasi Pandemi Covid-19.*/Pixabay/Hoagy Peterman
Ilustrasi Pandemi Covid-19.*/Pixabay/Hoagy Peterman /

ZONA PRIANGAN - Beredar luas di media sosial, peta sebaran Covid-19 di wilayah Provinsi DKI Jakarta yang bewarna hitam tertanggal 9 Agustus 2020 lalu.

Dalam peta itu, bertaut logo Badan Intelijen Negara (BIN) di atas pojok kanan.

Peta itu menghitam merata di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Alasannya, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di DKI Jakarta sudah melampaui angka 1.000 orang.

Baca Juga: Empat ASN Positif Covid-19 tapi Pelayanan Kantor Tetap Buka

Dinas Kesehatan DKI Jakarta tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai hal ini.

Sementara itu, BIN turut membantah mengeluarkan foto dengan judul Kondisi Covid-19 di DKI Jakarta, di mana seluruh wilayah DKI masuk zona hitam.

Direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto menegaskan bahwa foto tersebut bukan berasal dari BIN, kendati di sisi kanan atas foto itu terdapat logo BIN.

Baca Juga: Belasan Karyawan Bank Positif Covid1-9, Semua Perkantoran Diminta Lakukan Swab Test

"Data itu bukan dari BIN, itu hoaks," kata Wawan.

Pihak BIN kini tengah menelusuri oknum yang menyebarkan foto dengan logo BIN tersebut untuk ditindaklanjuti.

Secara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria (Ariza), membantah adanya zona hitam Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) di ibu kota.

Baca Juga: Jumlah Positif Covid-19 di Cirebon Sudah 100 Orang, Pasien Terakhir Belum Diketahui dari Klaster Man

"Zona hitam itu apa maksudnya? Tidak ada zona hitam," kata Ariza, Rabu 12 Agustus 2020 seperti dikutip dari Antara.

Terkait dengan zona hitam yang berhubungan erat dengan jumlah kasus paparan dan penyebaran Covid-19 yang tinggi, Ariza mengatakan hal itu dikarenakan pemprov memperbanyak tes penelusuran Covid-19.

"Di Jakarta memang penyebarannya tinggi karena disebabkan, testing banyak. Luar biasa testing kita. 

 
Jumlahnya bisa 5 sampai 10 ribu per harinya. Sudah jauh di atas 55 ribu lebih per pekan," ujarnya.

"Kami memang lebih baik memperbanyak testing. Supaya bisa menyelesaikan masalah. Menyelesaikan masalah kan harus mengidentifikasi masalah.

Itu solusi dengan testing. kalau testing diperbanyak memang angka penyebarannya kelihatan" ucapnya.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x