Punya Tunggakan Rp 2 Juta, Siswa SMA Gagal Peroleh Ijazah

- 7 Juli 2020, 07:55 WIB
OYI, orangtua dari seorang siswa SMKN 18 Garut yang tak bisa mengambil tanda kelulusan akibat belum bisa melunasi uang iuran sebesar Rp 2 juta.*/AEP HENDY/KABAR PRIANGAN
OYI, orangtua dari seorang siswa SMKN 18 Garut yang tak bisa mengambil tanda kelulusan akibat belum bisa melunasi uang iuran sebesar Rp 2 juta.*/AEP HENDY/KABAR PRIANGAN /

ZONA PRIANGAN - Perasaan sedih terlihat jelas di raut muka Oyi Supriatna (52).

Warga Kampung Cireundeu Sipah, Desa Godog, Kecamatan Karangpawitan ini mengaku sangat menyesal karena dirinya tak bisa membantu anaknya yang baru lulus dari sebuah SMK untuk mendapatkan tanda kelulusannya.

Oyi mengaku sangat merasa bersalah karena gara-gara dirinya tak bisa bekerja lagi, anak laki-laki pertamanya, Reza Subagja (18) kini tak bisa mengambil tanda kelulusan (ijazah)  dari sekolahnya.

Baca Juga: Bebas dari Hukuman Mati, TKI Asal Majalengka Pulang Kampung

Hal ini dikarenakan anaknya masih punya tunggakan piutang ke sekolah sebesar Rp 2 juta.

Dikisahkannya, ia sudah tak mampu lagi bekerja untuk mencari nafkah sejak 8 bulan terakhir tepatnya setelah pandangan matanya kabur. Hal ini terjadi menyusul penyakit diabetes yang sudah dideritanya sejak 5 tahun lalu.

"Sebagai kepala keluarga, seharusnya saya yang menanggung semua kebutuhan keluarga, mulai dari makan hingga biaya sekolah," tutur Oyi saat ditemui di rumah adiknya di kawasan Kampung Cireundeu Sipah, Desa Godog, Kecamatan Karangpawitan, Senin 6 Juli 2020.

Baca Juga: 5 Fakta Unik, Burung Wikwik Si Ratu Tega

Namun untuk saat ini Oyi bukannya tak mau bertanggung jawab tapi karena kondisi fisiknya sudah melemah dia jadi sulit mencari nafkah, bahkan pandangan mata Oyi sudah buram.

Sewaktu kondisi kesehatannya masih baik, diungkapkan Oyi, dirinya bekerja di bidang pertanian dengan penghasilan yang cukup untuk menafkahi keluarganya.

Begitu pun setelah dirinya menderita penyakit diabetes, ia masih bisa mencari nafkah untuk keluarganya.

Baca Juga: Jelang Big Match AC Milan VS Juventus 8 Juli 2020

Namun semuanya berubah total setelah penyakit diabetes yang dideritanya mulai menimbulkan dampak lebih buruk dimana pandangan matanya mulai kabur.

Sejak saat itu sehari-harinya ia hanya bisa terduduk di teras rumahnya.

Diakuinya, begitu mendengar kabar anak sulungnya akan lulus dari sebuah SMKN, ia merasa sangat bahagia dan bangga.

Baca Juga: 1 Hektare Tanaman Jagung Diserang Ulat Grayak

Ia berharap anaknya bisa segera bekerja karena kebetulan ada program yang akan diikuti agar bisa bekerja di Jepang.

Namun sayang, kebahagiaan yang dirasakan Oyi langsung berubah menjadi kesedihan yang begitu dalam dikarenakan anaknya tak bisa mengambil tanda kelulusan.

Hal ini dikarenakan pihak sekokah menahan tanda kelulusan anaknya karena masih mempunyai piutang sebesar Rp 2 juta ke sekolah.

Baca Juga: Hati-Hati Pengguna Password 123456!

"Sejak pandangan mata saya kabur, saya memang sudah tak bisa lagi melakukan kewajiban saya sebagaimana layaknya seorang kepala keluarga. Saya tak bisa lagi bekerja sehingga tak lagi bisa memberikan biaya untuk kebutuhan keluarga termasuk biaya sekolah anak saya," katanya.

Di matanya, Reza merupakan anak yang sangat rajin dan mempunyai semangat belajar yang tinggi. Hal ini sudah terlihat sejak Reza masih belajar di bangku SD hingga SMA.

Meski jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh, Reza tak pernah segan
untuk berjalan kaki baik saat berangkat maupun pulang sekolah.

Baca Juga: Gara-gara TikTok, Lagu Bagaikan Langit Viral, Dibuat juga Versi Spanyol

Ia pun tak pernah pernah mengeluh walau harus berangkat sekolah dengan hanya membawa bekal Rp 1.000 atau Rp 2.000 saja.

Oyi menuturkan, jika teringat akan kesungguhan anaknya untuk belajar, tak jarang ia sampai menitikan air matanya.

Apalagi dengan kondisinya yang seperti saat ini dimana dirinya sama sekali tak berdaya ketika anaknya menemui kesulitan karena tak bisa mengambil tanda kelulusannya di sekoah.

Baca Juga: Satgas Citarum Harum Membangun Tungku Pembakaran Sampah

Disampaikan Oyi, menurut keterangan anaknya, tanda kelulusannya tak bisa diambil karena pihak sekokah meminta agar sisa tunggakan uang SPP, uang buku dan biaya perpisahan dilunasi dulu.

Pihak sekolah baru akan memberikan tanda kelulusan Reza kalau tunggakan sebesar Rp 2 juta tersebut sudah dilunasi.

"Saya benar-benar bingung dan sedih dibuatnya. Sampai-sampai saya nyaris nekad pinjam uang ke rentenir, untung saya keburu sadar dari mana nanti cari untuk membayarnya?," ucap Oyi.

Baca Juga: Chikungunya Mewabah, Ratusan Rumah Warga Parungsari Penuh Asap

Lebih jauh Oyi menceritakan, dengan didampingi anggota BPD (Badan Perwakilan Desa), Senin pagi isterinya telah mencoba datang ke SMAN 18, tempat anaknya selama ini menimba ilmu.

Maksud kedatangan isterinya tak lain untuk membucarakan kesulitan yang saat ini dihadapi keluarganya untuk membayar tunggakan iuaran anaknya.

Sementara itu, istri Oyi, Dede Sumarni mengatakan jika pihak sekolah meminta agar pihaknya tetap harus menyelesaikan administrasi. Besok ia diminta datang lagi ke sekolah dengan membawa uang meskipun belum penuh sebesar Rp 2 juta.

Baca Juga: Empat Kelurahan di Kota Cirebon Masih Zona Merah

"Saat ini saya juga masih bingung karena besok harus datang lagi ke sekokah dengan membawa sebagian uang tunggakan yang tetap harus dibayar. Saya sendiri mengaharapkan adanya kebijakan dari pihak sekokah untuk memberikan keringanan atau membabaskan iuran karena memang kami sama sekali tak punya uang," kata ibu rumah tangga yang kesehariannya bekerja ssbagai tukang obras pakaian ini.***

Editor: Parama Ghaly


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x