Bubur Sura sebagai Tradisi dan Kini untuk Promosi Wisata di Majalengka

13 September 2020, 18:52 WIB
Pembuatan bubur Sura biasanya dilakukan secara berkelompok, bahannya dikumpulkan dari masyarakat. Setiap keluarga ada yang mengirim beras, jagung, kacang-kacangan atau umbu-umbian ditambah bumbu garam atau yang lainnya. Ada juga yang mengumpulkan kayu bakar untuk memasak./Tati Purnawati/Kabar Cirebon /

ZONA PRIANGAN - Pengelola objek wisata Curug Cipeuteuy, Di Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka bagikan 1.000 mangkuk bubur sura kepada pengunjung wisata curug sebagai upaya promosi wisata yang masih lesu, Minggu 13 September 2020.

Menurut keterangan salah seorang tokoh masyarakat desa setempat Marta Atmadja, sebagian besar masyarakat desanya masih memiliki tradisi turun temurun setiap bulan Sura atau setiap memasuki awal tahun muharam biasa membuat bubur sura. Bubur yang bahannya berasal dari beras dan umbi-umbian serta biji-bijian.

Pembuatan biasanya dilakukan secara berkelompok atau dilakukan di Kantor Balai Desa namun bahannya dikumpulkan dari masyarakat. Setiap keluarga ada yang mengirim beras, jagung, kacang-kacangan atau umbu-umbian ditambah bumbu garam atau yang lainnya. Ada juga yang mengumpulkan kayu bakar untuk memasak.

Baca Juga: Bertambah 6 Orang, Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Subang

Setelah bahan terkumpul kemudian dimasak bersama-sama menggunakan wajan besar hingga akhirnya bubur matang. Setelah matang, bubur dibagikan kembali kepada seluruh warga yang ada di desa.

“Pembuatan bubur bisa juga dilakukan di lingkungan RT atau kampung tergantung kesepakatan. Ini dilakukan sejak nenek moyang hingga sekarang. Ini ada gotong royongnya selain melanjutkan kisah Nabi,” ungkap Marta.

Bubur dimasak bersama-sama menggunakan wajan besar hingga bubur matang, kemudian bubur dibagikan kembali kepada seluruh warga dan pengunjung objek wisata./Tati Purnawati/Kabar Cirebon

Menurutnya ada beberapa tradisi menyambut tahun baru Islam yang dilakukan di wilayahnya, selain membuat bubur sura juga ada pawai obor dan pengajian serta berdoa bersama di mesjid yang dilakukan tepat di malan 1 Muharam.

Baca Juga: Di Pangandaran TNI-Polri Gencar Gelar Razia Masker

Rudi salah seorang pemuda setempat mengatakan, kali ini pembuatan bubur sura dilaksanakan di lokasi wisata Curug Cipeuteuy sekaligus mempromosikan wisata dan makanan khas yang biasa dibuat masyarakat setiap bulan Syuro atau bulan Sura.

Bubur dibuat sebanyak 1.000 mangkuk dan dibagikan kepada para pengunjung agar mereka bisa mencicipi bubur sura yang mungkin di tempat lain sudah tidak dilakukan oleh masyarakatnya. Pembuatan bubur dilakukan mulai pagi hari sehingga saat siang hari oleh sejumlah ibu-ibu, begitu pengunjung mulai banyak yang berdatangan atau pulang mereka bisa menikmati terlebih dulu.

Baca Juga: Tim Bulutangkis Indonesia Mundur dari Piala Thomas dan Uber Cup 2020

Kibagus Nana Waskana dan Jaja pengunjung wisata Curug Cipeuteuy yang menikmati bubur sura mengaku cukup tertarik dengan sajian bubur dari warga. “Yang pasti saat lapar ada bubur,” kata Jaja sambil tertawa.

Menurutnya, pembuatan bubur sura di loaksi wisata cukup menarik karena tidak semua daerah masih mempertahankan tradisi demikian.

Selain itu kalaupun ada daerah yang masih mempertahankan tradisi pembuatan bubur sura seperti di wilayah Kecamatan Jatitujuh, belum tentu diketahui anak muda sekarang. Karena tradisi bubur sura atau tradisi lainnya biasanya hanya dilakukan generasi tua saat ini.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Tags

Terkini

Terpopuler