Network
Mulutnya terus berteriak memanggil orang tuanya, “ema, bapa, aduh..” dan sebagainya.
Teriakannya lantas dibalas sejumlah teman-temannya yang menyaksikan Rizki, dengan kata “terus”, “moal nanaon (nggak apa-apa)”. Sebagian temannya terus tertawa karena menganggap tingkah Rizki lucu.
Ketika lengan baju digulungkan oleh dokter teriakan semakin nyaring dengan menyebut “nyeri”.
Baca Juga: Beras dan Telur Sudah Disalurkan, Korban Banjir Majalengka Masih Berharap Ada Bantuan
Begitu jarum suntik di tusukan dan petugas medis mencabut jarum dari lengan kiri Rizki, semua berteriak “enggeus..”, “semangat-semangat..”, diiringi gelak tawa dan sorak-sorai teman-temannya.
Setelah mendengar temannya memberi dukungan, Rizki baru bersedia mengangkat kepalanya sambil melihat lengan kirinya yang sudah ditempeli plester.
Menurut Dodi, temannya tersebut telah panik sejak lima hari menjelang di vaksin, tepatnya ketika mendapat formulir isian identitas untuk disetor kepada Dinas Kesehatan.
Baca Juga: Gagal Panen Melanda Lima Kecamatan, Petani di MaJalengka Kebingungan
Semula dia enggan untuk mengisi formulir namun karena takut terkena tindakan dia akhirnya bersedia mengisi.
Rizki berkata lebih baik di tempeleng dari pada disuntik, alasanya ditempeleng sakitnya seketika, sedangkan di suntik dia takut sakitnya lama.
