Produsen Tahu Majalengka Tiga Hari Mogok Produksi Imbas Mahalnya Harga Kedelai

- 23 Februari 2022, 08:09 WIB
Produsen tahu di Majalengka yang mogok berproduksi  sepi tanpa aktivitas.
Produsen tahu di Majalengka yang mogok berproduksi sepi tanpa aktivitas. /ZonaPriangan/Rachmat Iskandar

ZONA PRIANGAN - Produsen tahu di Majalengka lalukan mogok produksi selama tiga hari terhitung Senin hingga Rabu, 23 Februari 2022, dilakukan sebagai unjuk rasa atas mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp11.500 per kg sejak dua hari terakhir.

Di pasar tradisional di Cigasong, tidak ada seorangpun yang menjual tahu mentah ataupun tahu matang. Semua penjual tahu tidak ada yang datang memasok karena tidak berproduksi.

Semua pabrik tahu di Desa Kulur, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka sepi, tidak ada aktivitas apapun di pabrik-pabrik yang cukup besar dengan pamasaran ke sejumlah kabupaten/kota di wilayah III Cirebon ini.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Rabu 23 Februari 2022: Reyna Bantu Mental Andin untuk Melahirkan, Katrin Ragu untuk Terus Maju

Padahal biasanya pabrik-pabrik tahu yang mempekerjakan hingga belasan orang tersebut sudah memproduksi sejak pagi hari untuk didagangkan esok harinya.

“Sekarang mah kan semua berhenti produksi, karena ada edaran. Kalau kita memaksa produksi sendiri nanti diprotes sama yang lain,” ungkap Ius anak seorang pemilik pabrik.

Dia mengatakan baru akan berproduksi kembali setelah tiga hari melaksanakan mogok produksi sesuai edaran yang diterimanya. Walaupun dia memikirkan konsumen akan kesulitan memperoleh tahu, namun dia beralasan aksinya serempak dilakukan.

Baca Juga: Macan Tutul Kepalanya Tersangkut Toples Plastik Berkeliaran dan Menderita Setidaknya selama 48 Jam

Hal serupa juga terjadi di pabrik lainnya yang pasarnya selain di kabupaten Majalengka juga ke Pasar di Cirebon seperti Pasar Pagi, Palimanan, Sumber, Trusmi juga Kabupaten Indramayu dan sejumlah pasar lainnya. Tiga kendaraan bak terbuka yang biasa dipergunakan untuk mengangkut nganggur terpakir.

Andi pemilik pabrik tahu di Kelurahan Babakanjawa mengaku segera berproduksi setelah aksi mogok selesai. Karena harga kedelai kini mahal dia akan memperkecil keratan tahu yang semula berukuran 5 X 5 cm menjadi 4 X 4 cm untuk mensiasati kerugian, karena harga tahu tetap tidak berubah 600 per biji atau Rp6.000 per 10 biji.

“Nanti akan diperkecil saja karena kalau keratan tahu sama seperti sebelumnya bakal rugi. Sekarang juga sudah diperkecil sejak terjadi kenaikan harga,” ungkap Andi yang menghabiskan kedelai sebanyak 1 kuintal per harinya.

Baca Juga: Perempuan yang Selalu Tampil Tak Berpakaian di Depan Kedua Anak Tirinya - Menurutnya Itu Tak Bermasalah

Sedangkan Asep pengusaha tempe asal Blok Wanajaya, Desa Ranji, Kecamatan Kasokandel tetap produksi karena tidak ada kesepakatan dari pengusaha tempe untuk mogok produksi. Dia mengaku kini ukuran tempenya dipertipis menyesuaikan dengan harga pembelian kedelai. Setelah harga kedelai kembali normal dia akan menyesuaikan kembali ukuran tempe.

“Kalau harga kedelai murah ukuran dikembalikan kesemula,” kata Asep yang mengaku baru 8 tahun berjualan tempe.

Hal yang sama juga dilakukan pengusaha tempe lainnya Tri Purwayanti asal Desa Cisambeng, Kecamatan Palasah, pabriknya tetap berproduksi dengan alasan kasihan kepada pelanggan. Persoalan harga baginya tinggal menyesuaikan.

Baca Juga: Seorang Miliarder Mendesak McDonald's untuk Memperbaiki Sistem Pasokan Daging Babi yang 'Lebih Manusiawi'

Rudi grosir kedelai di Cigasong mengatakan dengan naiknya harga kedelai yang terus menerus hingga pernah hampir setiap hari mengalami kenaikan harga sangat berdampak pada turunnya omset penjualan. Penurunan omset hingga mencapai sekitar 30-40 persen.

Kenaikan harga kedelai mulai terjadi pada 29 Desember Tahun 2021 lalu menjadi Rp10.400 per kg, kenaikan terjadi lagi tiga hari berikutnya menjadiRp 10.500 per kg. Setelah itu kembali turun 17 Januari dan 18 Januari 2021 menjadi Rp10.300 per kg.

“Tapi diawal Februari pada 3 Februari kemarin harga melonjak dari Rp 10.300 menjadi Rp 10.800, kenaikannya mencapai Rp 500, esoknya naik lagi Rp 100, dan pada 9 Februari kembali naik menjadi Rp 11.000 per kg. Persis hari kemarin harga naik Rp 100 dari setiap kilonya. Sekarang harga sudah berada diposisi Rp11.500 per kg,” ungkap Rudi.

Baca Juga: Macan Tutul Kepalanya Tersangkut Toples Plastik Berkeliaran dan Menderita Setidaknya selama 48 Jam

"Harga kedelain betul-betul sulit dikendalikan," kata Teten Taryuli, pelaku pasar.

Teten menyebutkan kedelai lokal kalaupun ada kurang diminati konsumen, alasanya selain tepungnya kurang juga ketika diolah untuk menjadi tahu lebih mudah hancur.

“Katanya kedelai lokal lebih sulit diolah menjadi tahu, mudah patah bereda dengan kedelai import yang menyatu,” kata Teten.***

Editor: Didih Hudaya ZP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x