Yahya dan Amin menyebutkan, banyak WNI yang berkunjung ke kampungnya dan menginap hingga berminggu-minggu bahkan bulan. Mereka betah berada di sana karena mudah melakukan komunikasi.
Di kampungnya banyak perempuan pasih berbahasa asing, ada yang mengasai tiga hingga empat bahasa asing, karena mereka mantan TKI ke negara Arab Saudi dan sejumlah negara Asia hingga Eropa seperti Jerman dan Prancis. Penjual lotekpun pasih berbahasa Arab, Korea dan Bahasa Inggris.
“Banyak mantan pekerja migran yang dulunya bekerja di Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, Korea, Jepang, Brunei Darussalam, Jerman atau Prancis. Lantaran mereka ada yang bekerja hingga puluhan tahun di negara yang berbeda, jadi wajar jika mereka pasih berbahasa asing. Ketika ada WNI datang langsung disambut hangat,” kata Yahya.
“Nya WNI baretaheun arulin ka sawah, sasapedahan, ngalotek,” ungkap Yahya yang mengkoordinir ibu-ibu dan bapa-bapa untuk berlatih keterampilan.***