Covid-19 Melonjak Setiap Hari, Kantor Bank Diminta Tutup, Belajar Tatap Muka Perlu Dikaji Ulang

- 31 Agustus 2020, 15:58 WIB
Ilustrasi Virus Corona.* /PIXABAY
Ilustrasi Virus Corona.* /PIXABAY /

ZONA PRIANGAN - Gugus Tugas ataupun Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tidak pernah menerbitkan surat rekomendasi untuk melakukan pembelajaran tatap muka bagi SD, SMP/sederajat kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka.

Langkah itu diambil mengingat tingginya lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi setiap hari dan menyebar hampir di semua kecamatan.

Terlebih saat ini sudah ada siswa, guru juga mahasiswa yang terpapar, sehingga perlu kewaspadaan.

Baca Juga: Kebakaran Toko Elektronik, Lima Orang Tewas di Kamar dan Dekat Gardu Listrik

Sebaiknya pembelajaran tatap muka sementara ditunda terkecuali jika tidak ada upaya lain atau pemblajaran tatap muka demikian urgen.

Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas, Alimudin yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka serta Wakil Sekretaris Gugus Tugas Agus Permana usai melakukan rapat percepatan penanganan Covid-19, Senin 31 Agustus 2020.

Sekarang tinggal 4 kecamatan dari 26 kecamatan yang belum terpapar, hari ini muncul 8 kasus di kecamatan yang sebelumnya tidak ada.

Baca Juga: Kompetisi Karya Tulis Pelajar Terbagi 5 Kategori, Ayo Siapkan Gagasan dan Kreativitas

"Sebuah bank karyawannya 4 terpapar dan Bupati telah meminta bank tersebut ditutup sementara,” ungkap Alimudin.

Dia berharap Dinas Pendidikan bisa duduk bersama untuk membicarakan persoalan tersebut agar murid, guru dan masyarakat bisa terhindar dari paparan virus.

“Sekarang ada guru yang positif, ada murid yang positif. Itu cerminan jangan sampai terjadi di kecamatan lain. Jadi kalau murid sudah kena, guru juga sebaiknya mempertimbakan sekolah tatap muka. Yang terpapar kini menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing,” ujar Alimudin.

Baca Juga: Mulai September Dapatkan Kuota Belajar Gratis dari Kemendikbud

Yang dikhawatirkan, menurutnya, adalah kalau sebaran sudah ada, kemudian murid dan guru datang ke sekolah dengan kondisi semua tanpa gejala akan sangat riskan terjadi penyebaran ke murid dan guru yang lainnya.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka Heri Rahyubi mengatakan pembelajaran tatap muka dilakukan setiap sekolah setelah adanya kesepakatan melalui rapat yang dilakukan komite sekolah, orangtua dan gugus tugas di tiap kecamatan

“Pada surat terakhir yang kami kirim ke camat agar ada pemberian rekomendasi apakah wilayah tersebut posisinya hijau, kuning atau merah. Jika merah tentu tidak diperkenankan untuk belajar tatap muka,” ucap Heri.

Baca Juga: Creativ Center Subang Biaya Mahal, Fungsi Tak Maksimal

Di samping itu, menurutnya, harus mengkaji penyebaran Covid-19 mulai Maret hingga sekarang, harus bisa menghitung berapa jumlah kasus, kapan mulai terpapar, sudah dilakukan isolasi belum. Kalau tidak menenuhi persyaratan maka tidak diperbolehkan tatap buka

Heri tidak menyebutkan secara pasti sekolah mana yang belum melakukan tatap muka ataupun yang sudah.

Untuk menentukan itu juga di antaranya diserahkan kepada camat setempat yang menjadi gugus tugas di tingkat kecamatan.

Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini Senin 31 Agustus 2020, Tidak Ada Perubahan Dua Hari Mulai Stabil

“SMP 3 Majalengka juga baru sekarang melakukan tatap muka,” katanya.

Camat Leuwimunding Aay Kandar Nurdiansyah mengungkapkan ada beberapa sekolah belum dibuka, di antaranya Mirat dan Parakan.

Karena banyaknya kasus dia pun berencana membuat tempat isolasi bagi masyarakat untuk menghindari semakin menyebarnya penularan Covid-19.

Baca Juga: Ini Keajaiban Membantu Anak Yatim yang Membuat Pengurus Yayasan Pena Selalu Semangat

“Kami akan cari tempat yang strategis, sebagai tempat isolasi,” kata Aay yang di wilayahnya sudah mencapai 37 kasus yang berawal dari klaster Semarang dan kini terus berkembang menjadi transmisi lokal.

Sementara itu salah seorang orangtua murid, Zeni mengaku tidak mengizinkan anaknya untuk sekolah. Dia telah membuat surat pernyataan di atas kertas bermaterai dan menyampaikannya ke sekolah, menunda anaknya belajar tatap muka.

“Daripada budak gering mending nyieun surat pernyataan, kajeun diajar di imah,” ungkap Zeni.

Baca Juga: Kabupaten Cirebon Krisis Darah, Sejumlah Pendonor Menolak saat Dihubungi PMI

Hal yang sama juga dilakukan Susi yang anaknya sekolah di SMP, dia memilih membuat surat pernyataan dikertas bermaterai dan kini anaknya tetap belajar daring dengan berupaya menghubungi guru sekolahnya.

Sedangkan Jaja, Empat serta Oman membiarkan anaknya sekolah dengan harapan bisa selamat, alasanya di rumah anaknya sulit belajar.

“Belajar daring itu pulsa habis pelajaran tidak selesai karena ternyata HP dipergunakan game,” ujar Oman asal Cijati.

Baca Juga: GP Ansor Tangkal Ideologi yang Bertentangan dengan Pancasila, Acep: Gayanya Sudah Tak Asing Lagi

Sedangkan pedagang Siomay mengaku gembira mulai belajar tatap muka karena dirinya tak mampu mengajari anaknya.

“Kalau HP dan kuota bisa beli, tapi kalau disuruh ngajar ampun pisan. Kuring ukur lulusan SD, pamajikan sarua. Baheula wae kuring sakola di SD pang bodona ayeuna titah ngajar budak nu di SMP nya teu bisa. “ ungkapnya.***

 

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x