Amazon Mengakuisisi Pembuat Vakum Robot Seharga $1,7 Miliar

- 11 Agustus 2022, 13:47 WIB
Petunjuk tentang cara menggunakan asisten pribadi Alexa Amazon terlihat saat Roomba yang dilengkapi wifi mulai membersihkan kamar di 'pusat pengalaman' Amazon di Vallejo, California, AS, 8 Mei 2018.
Petunjuk tentang cara menggunakan asisten pribadi Alexa Amazon terlihat saat Roomba yang dilengkapi wifi mulai membersihkan kamar di 'pusat pengalaman' Amazon di Vallejo, California, AS, 8 Mei 2018. /REUTERS/Elijah Nouvelage/File Photo

"Saya akan mengatakan ada tiga dari empat peluang penyelidikan mendalam dan satu dari empat peluang tantangan," katanya, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

"Pejabat politik telah menjelaskan bahwa mereka lebih suka pergi ke pengadilan dan kalah daripada membiarkan kesepakatan yang kemudian dikritik sebagai anti-persaingan," tambahnya.

Baca Juga: Momen Menakjubkan ketika Pesawat Airbus Melakukan Pendaratan Terendah dan Hampir Menabrak Pengunjung Pantai

Amazon mengatakan akan terus memasok produk iRobot ke pengecer lain dan membuatnya tetap kompatibel dengan asisten suara perusahaan lain.

Selain menyapu kotoran, penyedot debu Roomba, seharga $1.000 atau sekitar Rp14,8 juta, mengumpulkan data spasial rumah tangga yang terbukti berharga bagi teknologi rumah pintar di masa depan.

Seorang kritikus, Ron Knox dari Institute for Local Self-Reliance, di Twitter menyebut kesepakatan itu sebagai "mimpi buruk" privasi karena akan memperluas informasi rumah pribadi di gudang pengecer.

Baca Juga: Hadiahkan Al Fatihah untuk Diri Sendiri, Ini Cara Mengamalkannya dan Rasakan Manfaat serta Keutamaannya

Amazon mengatakan itu melindungi privasi pelanggan dan tidak menjual data mereka. Di antara informasi yang dikumpulkannya, seorang konsumen menemukan catatan dari semua yang dia cari di Amazon, serta lebih dari 1.000 kontak dari teleponnya dan bagian mana dari Quran yang dia dengarkan.

Nasib iRobot terpukul saat konsumen mulai memikirkan kembali pembelian mereka di tengah meningkatnya inflasi. Pendapatan kuartal kedua turun 30% karena permintaan yang lemah dari pengecer di Amerika Utara dan Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Akuisisi ini dilakukan pada saat analis memperkirakan perusahaan teknologi kaya akan melakukan M&A untuk mengambil keuntungan dari valuasi yang rendah karena tekanan pertumbuhan.

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x