Skytrain Kalayang Kereta Tanpa Masinis, Gunakan Teknologi Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi

- 23 Juli 2020, 21:30 WIB
MELIHAT sistem persinyalan Skytrain Kalayang Bandara Soekarno Hatta dalam rangka kegiatan akhir audit teknologi CBTC di Tangerang.* /DOK. LEN
MELIHAT sistem persinyalan Skytrain Kalayang Bandara Soekarno Hatta dalam rangka kegiatan akhir audit teknologi CBTC di Tangerang.* /DOK. LEN /

ZONA PRIANGAN - Salah satu faktor penting dalam pengoperasian kereta adalah sistem persinyalan.

Sistem ini sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna kereta, meskipun tidak terlihat oleh penumpang.

Sistem Communication-Based Train Control (CBTC) atau Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi merupakan sistem persinyalan kereta yang menggunakan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data nirkabel antar berbagai sub-sistem yang terintegrasi, sesuai dengan standar IEEE 1474.1 hingga 1474.4.

Baca Juga: Skytrain Kalayang, Inilah Kereta Tanpa Masinis Pertama di Indonesia yang Sudah Diuji Len dan BPPT

Hal ini disampaikan Direktur Operasi I PT Len Industri (Persero), Linus Andor M. Sijabat saat menjajal sistem driverless atau tanpa masinis pada Skytrain atau Automatic People Mover System (APMS) Kalayang Bandara Soekarno Hatta dalam rangka kegiatan akhir audit teknologi CBTC oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Tangerang, Provinsi Banten, Senin 20 Juli 2020.

Hadir dalam kegiatan uji kereta Skytrain Kalayang ini antara lain Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT, Eniya Listiani Dewi, Direktur Teknologi Elektronika BPPT Yudi Purwantoro, Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT Michael Andreas Purwoadi, Ketua Tim Audit Edhi Purnomo, GM UB Sistem Transportasi Len Dewayana Agung Nugroho, dan VP Pengembangan Teknologi Len Tarmidzi Kemal F. Lubis.

Lebih lanjut Linus mengatakan, teknologi CBTC yang dipakai Skytrain Kalayang ini menggunakan teknologi persinyalan Moving Block memungkinkan blok kereta yang fleksibel, berubah-ubah, dan bergerak sesuai dengan pergerakan dan spesifikasi keretanya, sehingga headway atau jarak keberangkatan antar kereta dapat diatur lebih dekat namun tetap dalam jarak aman.

Baca Juga: Dukung Produktivitas Nelayan Lewat Aplikasi 'Laut Nusantara', XL Axiata dan KKP Gelar Sosialisasi

"Dengan kata lain, CBTC memungkinkan untuk memendekkan jarak aman antar kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beroperasi bisa lebih banyak. Keamanan, ketepatan jadwal kereta, kapasitas angkut penumpang yang besar, serta jarak singkat antar kereta adalah hal penting bagi penumpang dalam menggunakan transportasi massal," katanya.

Menurut Linus, sistem tersebut berbeda dengan sistem Fixed Block (konvensional) di mana track dibagi per-section atau blok dan dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta, sehingga jumlah kereta yang beoperasi menjadi lebih terbatas.

"Perlengkapan sistem pesinyalan ini di sepanjang jalur kereta juga tidak sebanyak pada sistem fixed block, sehingga lebih efisien dalam pengoperasian dan pemeliharaan," katanya.

Baca Juga: Naik Kereta ke Jakarta Sekarang Lebih Mudah, Tidak Perlu SIKM Lagi

CBTC, lanjut Linus, cocok untuk sistem persinyalan kereta di area urban yang membutuhkan sistem angkutan massal yang efisien.

"Penggunaan sistem persinyalan CBTC ini dapat mendukung upaya dalam memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan kepada para penggunanya," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x