Hindari Kawasan Angker jika Tidak Mau Tersesat di Gunung Ciremai

11 Juli 2020, 14:52 WIB
KAWAH di puncak Gunung Ciremai.*/ISTIMEWA /

ZONA PRIANGAN - Gunung Ciremai yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan Jawa Barat, selalu mengundang rasa penasaran pendaki.

Banyak pendaki yang ingin menaklukan gunung yang memiliki ketinggian ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.

Baik pendaki pemula maupun profesional punya kebanggaan tersendiri jika berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di Jawa Barat itu.

Baca Juga: Kawasaki KX250 Mendapat Tambahan Tenaga, Bobot Lebih Ringan

Boleh saja bangga, namun perlu diingat oleh semua pendaki, Gunung Ciremai sampai sekarang masih banyak menyimpan cerita misteri.

Sudah banyak kejadian yang tidak masuk akal menimpa para pendaki ketika melakukan perjalanan ke puncak Gunung Ciremai.

Ada tradisi-tradisi lokal yang harus dihormati para pendaki, agar selamat dalam pendakian.

Baca Juga: Penggeledahan oleh KPK di Banjar Berlanjut ke Rumah Seorang Kontraktor

Artinya, para pendaki selain harus memiliki teknik yang baik dan stamina yang fit, juga diminta menghormati tradisi setempat yang berlangsung turun temurun.

Jika mengabaikan hal itu, bukan tidak mungkin mendapat masalah selama perjalanan.

Secara umum, pendakian Gunung Ciremai bisa menggunakan tiga jalur. Di Kuningan ada dua jalur, yakni bisa lewat Linggarjati, bisa juga memilih jalur Palutungan.

Baca Juga: Kalau Sungai Citarum Kotor, Kita Harus Membeli Air Bersih Rp 197 Triliun/Tahun

SEJUMLAH pendaki melakukan perjalanan ke Gunung Ciremai lewat jalur Apuy Majalengka.*/ISTIMEWA

Sementara jalur favorit di Majalengka, melintasi Desa Argalingga Kecamatan Argapura, tepatnya Blok Apuy.

Dulu, sebelum gencar gerakan zero waste (bebas sampah), di beberapa jalur pendakian Gunung Ciremai sering ditemukan plastik-plastik berisi air kekuningan yang tergantung di ranting-ranting pohon.

Jangan coba coba mendekat atau atau memecahkannya. Dari jarak satu meter saja sudah tercium bau pesing.

Baca Juga: Mencari Inspirasi untuk Membangun Pangandaran dengan Nyapedah ke Daerah Pelosok

Ya, air yang terbungkus plastik dan digantungkan di ranting pohon itu, merupkan air kencing para pendaki.

Mengapa para pendaki zaman dulu melakukan hal itu di Gunung Ciremai?

Dulu ada kepercayaan yang menghinggapi pendaki, jangan kencing sembarangan di jalur pendakian Ciremai.

Baca Juga: Scott Redding Ingin Kembali ke Balapan MotoGP

Kalaupun kebelet, solusinya ya itu tadi. Air kencing dimasukan ke plastik.

Lantas tidak boleh dibuang sembarangan kecuali digantungkan di ranting pohon. Kalau melanggar tradisi itu bisa mendapat celaka.

Tapi zaman terus bergeser. Pendaki kekinian yang lebih sadar lingkungan, memandang tradisi menggantungkan plastik berisi air kencing di ranting pohon, sangat tidak elok.

Baca Juga: Taruna Merah Putih Serahkan Bantuan 1.000 APD

Gerakan bebersih gunung terus dilakukan. Termasuk menghilangkan tradisi buruk para pendaki, yang membuang sampah sembarangan.

Perbekalan pendaki, diupayakan semaksimal mungkin tanpa sampah.

Sebaliknya, selama pendakian diimbau untuk memunguti sampah. Namun sampai kini masih ada saja pendaki yang bandel.

Baca Juga: Bupati Pangandaran Segera Miliki Ajudan dari Kaum Milenial

SEBAGIAN pendaki ada juga yang bermalam di kawasan Gunung Ciremai.*/ISTIMWA

Terbukti setiap digelar operasi, selalu didapati sampah dalam jumlah puluhan karung.

Hal lain yang masih dipegang teguh para pendaki, yakni minta izin kepada kuncen/sesepuh warga setempat, di samping menempuh perizinan kepada petugas.

Kuncen di Blok Apuy biasanya memanjatkan doa keselamatan mengiringi perjalanan para pendaki mencapai puncak dan kembali turun tanpa kurang apapun.

Baca Juga: Kenal Dua Bulan, Dinda Hauw dan Rey Langsung Menikah

"Tidak ada salahnya, kita minta didoakan. Itu kan hal baik, kita lakukan saja. Selama perjalanan juga kita harus bisa menjaga diri. Jangan berbuat macam-macam yang bisa mengganggu keselamatan," kata Leo Heri, yang sudah biasa mendaki Gunung Ciremai sejak SMA.

Hal lain yang dipercaya para pendaki hingga saat ini, tidak boleh bicara sembarangan dan harus membuang rasa sombong.

Jika ada pendaki yang berkata kasar seperti makian dengan menyebut nama binatang, seringkali membuat yang bersangkutan mendapat masalah.

Baca Juga: Diskominfo Kelola Statistik Data hingga Aplikasi Jaringan

Demikian juga dengan rasa sombong. Misalnya, merasa lebih jagoan dari yang lain dan mengklaim mudah menaklukan jalur pendakian dengan waktu singkat. Lebih baik perasaan seperti itu dibuang jauh-jauh

Dulu ada pendaki mengalami persoalan saat di perjalanan, seperti tiba-tiba kelelahan yang berlebihan, tersesat hingga berjam-jam, bertemu satwa liar yang galak atau hal lainnya.

"Itu akibat dia takabur duluan. Teman-teman sudah sampai di puncak, dia malah kelelahan," ujar Maman pendaki asal Majalengka.

Baca Juga: Salat Idul Adha Diizinkan tapi Tidak Boleh Edarkan Kencleng Sumbangan

Pendaki lainnya Tatang dan Budi juga mengingatkan, bahwa di Gunung Ciremai, masih ada beberapa tempat yang dianggap angker.

Sudah menjadi rahasia umum, jalur pendakian antara Pos III dan Pos IV harus hati-hati.

Bukan hanya medannya yang mulai menantang, tapi juga sering terjadi hal-hal yang diluar dugaan.

Baca Juga: Pengalaman Baru bagi Betrand, Konser Tanpa Penonton

"Banyak-banyak berdoa saja. Pikiran juga jangan sampai kosong. Kalau tidak fokus, nanti dikagetkan hal-hal yang tidak terduga. Misalnya ada sosok bayangan berkelebat seperti ninja. Atau kemunculan binatang buas. Sampai yang paling fatal, keluar dari jalur yang benar," tutur Moh. Riad.

"Pengalaman saat di SMA kami mendaki berlima. Tiba-tiba teman saya Yanto mengaku melihat ninja, sementara kami dan tiga teman lain tidak melihat apa pun hinga kami harus berupaya menyadarkan teman dengan memohon doa pada Allah," tambah pendaki lainnya, Hendri.

Sementara pendaki senior, Jojo mengungkapkan ada beberapa tempat yang dianggap mistis di Gunung Ciremai namun bukan berada di jalur pendakian.

Baca Juga: Sudah Tiga Bulan, Gaji Petugas Ambulans Antar-Jemput Pasien Corona Tak Dibayar

Hindari tempat seperti halnya kawah burung dan gunung pucuk yang terdapat 8 makam.

Hal unik lainnya yang sering terjadi di Gunung Ciremai, yakni kemunculan burung jalak berwarna hitam.

Biasanya mulai di Pos III, beberapa pendaki sering melihat keberadaan burung jalak yang membantu perjalanan.

Baca Juga: Forkopimcam Jatibarang Tinjau Lembur Tohaga Lodaya

Banyak pendaki yang merasa mendapat bantuan dipandu oleh burung langka itu.

Burung itu terbang pendek-pendek, dari satu pohon ke pohon lainnya.

Pendaki tinggal mengikuti arah terbang burung itu. Biasanya pendaki diarahkan ke lokasi puncak Gunung Ciremai.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler