Embargo Minyak oleh Uni Eropa Membuat Rusia Mengalihkan Pasokannya ke China

- 24 Mei 2022, 14:10 WIB
Warga lokal berjalan di sepanjang jalan sementara prajurit Ukraina berpatroli di suatu daerah, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di kota Kurakhove, di wilayah Donetsk, Ukraina 20 Mei 2022.
Warga lokal berjalan di sepanjang jalan sementara prajurit Ukraina berpatroli di suatu daerah, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di kota Kurakhove, di wilayah Donetsk, Ukraina 20 Mei 2022. /REUTERS/Anna Kudriavtseva

ZONA PRIANGAN - Uni Eropa kemungkinan akan menyetujui embargo impor minyak dari Rusia "dalam beberapa hari", menurut anggota terbesarnya yakni Jerman, ketika Moskow mengatakan pihaknya melihat hubungan ekonominya tumbuh dengan China setelah diisolasi oleh Barat atas invasinya ke Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada para pemimpin bisnis global di Davos pada hari Senin bahwa dunia harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia untuk mencegah negara lain menggunakan "kekuatan kasar" untuk mencapai tujuan mereka.

Sebanyak 27 negara yang merupakan anggota Uni Eropa sangat bergantung pada energi Rusia, memicu kritik dari Kyiv bahwa blok tersebut tidak bergerak cukup cepat untuk menghentikan pasokan.

Baca Juga: Pasangan Alabama yang Mengubah Helikopter Menjadi 'Helicamper'

Hongaria tetap pada tuntutannya pada hari Senin untuk investasi energi sebelum menyetujui embargo semacam itu, bentrok dengan negara-negara Uni Eropa yang mendorong persetujuan cepat. Uni Eropa telah menawarkan hingga 2 miliar euro atau sekitar Rp31 triliun kepada negara-negara tengah dan timur yang kekurangan pasokan non-Rusia.

"Kami akan mencapai terobosan dalam beberapa hari," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck kepada penyiar ZDF, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

Komisi Eropa dan Amerika Serikat bekerja secara paralel pada proposal untuk membatasi harga minyak global, katanya.

Baca Juga: Zelensky Menjerit, Desak Dunia Beri Tekanan pada Rusia Mengusir Serangan Kremlin di Timur Ukraina

"Ini jelas merupakan tindakan yang tidak biasa, tetapi ini adalah waktu yang tidak biasa," ujarnya.

Invasi Rusia selama tiga bulan, serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak 1945, telah menyebabkan lebih dari 6,5 juta orang melarikan diri ke luar negeri, mengubah seluruh kota menjadi puing-puing, dan mendorong dijatuhkannya sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia.

Dalam indikasi simbolis lebih lanjut dari isolasi, rantai kopi AS Starbucks menjadi merek Barat terbaru yang mengumumkan menarik diri dari negara itu pada hari Senin.

Baca Juga: Zelensky Menjerit, Desak Dunia Beri Tekanan pada Rusia Mengusir Serangan Kremlin di Timur Ukraina

Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan Kremlin akan fokus pada pengembangan hubungan dengan China karena hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat dan Eropa terputus.

"Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, maka kami akan mempertimbangkan secara serius apakah kami akan membutuhkannya atau tidak," katanya dalam sebuah pidato, menurut transkrip di situs web kementerian luar negeri.

Baca Juga: Perang Dunia di Ambang Mata, 20 Negara Siap Memasok Senjata Baru untuk Ukraina Memerangi Invasi Rusia

"Sekarang Barat telah mengambil 'posisi diktator', hubungan ekonomi kita dengan China akan tumbuh lebih cepat," jelasnya.

Komentar itu muncul ketika Presiden AS Joe Biden melakukan tur Asia, di mana dia mengatakan dia akan bersedia menggunakan kekuatan untuk membela Taiwan melawan agresi China, sebuah komentar yang tampaknya memperluas batas kebijakan AS yang ambigu terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x