Pangandaran Penghasil Gula Kelapa Terbesar di Jawa Barat

- 7 Juli 2020, 16:56 WIB
SEORANG warga menaiki pohon kelapa dalam proses menderes.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN
SEORANG warga menaiki pohon kelapa dalam proses menderes.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN /

 

ZONA PRIANGAN - Pangandaran selain dikenal sebagai daerah yang kaya akan potensi lokasi parwisatanya, ternyata juga sebagai daerah penghasil gula kelapa terbesar di Jawa Barat.

Untuk hasil produksi gula pada tahun 2019 lalu mencapai 71.524,03 ton dari luas lahan di Kabupaten Pangandaran sendiri terutama yang di deres ada 8.901,39 hektare.

Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran Yadi Gunawan S.Hut mengatakan, berkembangnya industri rumah tangga pembuat gula kelapa ini, telah memberikan nilai positif bagi warga yang tinggal di wilayah tersebut.

Baca Juga: Jelang Pulang Kampung Halaman, TKI Eti Minta Dikirim Pakaian dan Sandal

Tidak hanya meningkatkan tenaga kerja, akan tetapi juga meningkatkan kesejahteran perajin kelapa atau gula merah.

"Untuk di Kabupaten Pangandaran sendiri pemilik kebun kelapa yang diambil niranya ada 28.248 orang," ungkapnya, Selasa 7 Juli 2020.

Menurutnya, untuk para pekerja atau penderes ada 33.660 orang di 10 kecamatan.

Baca Juga: Kadin Kabupaten Serang Fasilitasi Mahasiswa Untirta untuk Magang

Sedangkan produksi pada tahun 2019 ada sekitar 71.524,03 ton dengan luas lahan yang dideres sekitar 8.901,39 hektare sedangkan produksi per tahunnya 71.524 ton.

"Rata-rata produktivitasnya berjumlah 10.215 Kilogram per hektare," tuturnya.

Sementara penderes gula kelapa warga Cimerak Hikmat,c(46) menceritakan, cara-cara memasak menjadi gula.

Baca Juga: Kasek SMAN 18 Bantah Tahan Ijazah Siswa Karena Belum Bayar Iuran

Ketika mathari mulai memancarkan sinar para penderes ini sudah bergegas untuk menaiki puluhan pohon kelapa dan dilanjutkan dengan menderes.

Hasil deresan tersebut, biasanya masyarakat menyebutnya dengan istilah "Lahang". Lalu disaring agar kotoran yang ada didalamnya tidak masuk dalam tempat pembuatan gula.

"Setelah itu, "Lahang" dimasak kurang lebih dua jam harus penuh dengan ketelitian karena mereka khawatir tidak jadi gula," katanya.

SEORANG warga sedang memasak air nira hasil menderes di pohon kelapa.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN
SEORANG warga sedang memasak air nira hasil menderes di pohon kelapa.*/MUSLIH SUPRIANTO/KABAR PRIANGAN

Baca Juga: Pemkab Majalengka Upayakan Perlindungan Pesantren

Selama proses memasak lahang, akan terjadi proses pendidihan selama dua kali.

Pertama saat busa atau gelembung lahang dipanaskan pecah atau meluber. Untuk pendidihan yang kedua saat mendidih disebut dengan gula setengah jadi.

Jika sudah mendidih untuk yang kedua kalinya, maka adukan harus dipercepat karena kalau tidak diaduk cepat, busanya akan meluber atau meluap.

Baca Juga: BPR Masih Dihadapkan pada Masalah Kredit Macet

"Setelah diangkat dari tungku pemanas, proses selanjutnya adalah nitis atau proses mengubah/menjadikan lahang menjadi gula," lanjutnya.

Dirinya menambahkan gula yang sudah seperti dodol dimasukan dalam cetakan yang terbuat dari bundaran bambu.

Ssetelah memadat kemudian diangkat/dilepaskan dari cetakan selanjutnya di tata berpasang-pasang didalam peti dan dibalut dengan daun pisang yang sudah kering agar gula tidak mudah lengket.

Baca Juga: Batuan Curug Bilik Mirip Anyaman Bilik Bambu

"Barulah kemudian gula jawa bisa dijual atau dinikmati sebagai bahan untuk memasak," tambahnya.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x