SNI dan SPI berencana membuka pasar barter dengan memanfaatkan teknologi digital.
Diharapkan, model barter akan menjadi alternatif ekonomi untuk menolong petani dan nelayan dari tekanan ekonomi akibat wabah Covid-19.
Baca Juga: Jadi Pedagang Kerupuk Itu Rumit, Harus Kerja di Pabrik Tanpa Upah, Begitulah Nasib Orang Kecil
"Kita lagi merintis membuka pasar barter. Karena ini masa pandemi, sementara memanfaatkan teknologi digital," tutur Budi.
Dengan adanya pasar barter, diharapkan akan melibatkan lebih banyak nelayan dan petani. Bahkan bukan tidak mungkin juga melibatkan masyarakat umum, dengan komoditi yang beraneka ragam.
Budi menjelaskan sejumlah lembaga yang kini berpartisipasi aktif dalam sistem barter.
Baca Juga: Tidak Pernah Mengeluh, di Usia Senja Ibu Lilis Semangat Jualan Nasi Kuning
Selain SNI dan SPI, juga Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), termasuk Kelompok Tani Tenajar dan Asosiasi Petani Mangga Kenanga.
Budi menjelaskan, sistem barter ini akan menjadi benteng ketahanan pangan nelayan dan petani, terutama yang kategori kecil. Lewat cara ini, kebutuhan pangan bisa tercukupi tanpa harus mengeluarkan uang.
"Nelayan dapat beras, sayur dan buah atau apa saja produk pertanian, petani dapat ikan segar, olahan hasil laut dan banyak lagi," tuturnya.