Khosta-2, Virus Kelelawar Rusia yang Dapat Menginfeksi Manusia

24 September 2022, 16:09 WIB
Virus baru, yang disebut Khosta-2 tidak hanya menginfeksi sel manusia, tetapi juga resisten terhadap vaksin saat ini. /Pixabay.com/Simon Berstecher

ZONA PRIANGAN - Pandemi corona saja hingga saat ini masih belum selesai. Kini, muncul virus sejenis yang penyebarannya sama seperti virus corona yakni melalui kelelawar.

Baru-baru ini ilmuwan asal AS telah menemukan virus terbaru yang metode penyebarannya melalui kelelawar. Virus Khosta-2 tidak hanya menginveksi sel manusia, juga resisten terhadap vaksin yang ada saat ini.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Pathogens mengatakan bahwa virus tersebut kebal terhadap antibodi orang yang divaksinasi terhadap SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, seperti dilaporkan oleh Newsweek.

Baca Juga: Inilah 5 Manfaat Kesehatan dari Biji Rami, Nomor Dua dapat Melancarkan Menstruasi

Virus ini pertama kali ditemukan pada kelelawar di Rusia pada tahun 2020 tetapi pada saat itu para ilmuwan tidak menyangka bahwa virus tersebut dapat menginfeksi manusia.

Setelah dilakukan banyak penelitian oleh para ilmuwan, mereka akhirnya menemukan fakta bahwa virus tersebut dapat menginfeksi sel manusia dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Apa itu Khosta-2?

Sarbecovirus, yang termasuk dalam Khosta-2 dan SARS-CoV-2, adalah subkelompok dari coronavirus.

Baca Juga: PM India Narendra Modi Berkomentar kepada Putin: Bukan Era Perang, Moskow pun Langsung Bereaksi

Majalah Time menurunkan laporan yang menyebutkan bahwa virus terkait yang juga ditemukan pada kelelawar Rusia, Khosta-1, tidak dapat memasuki sel manusia dengan mudah, tetapi Khosta-2 dapat melakukannya.

Khosta-2 menempel pada protein yang sama, ACE2 yang digunakan SARS-CoV-2 untuk menembus sel manusia. Seorang peneliti mengatakan bahwa reseptor pada sel manusia adalah cara virus masuk ke dalam sel.

Jika virus tidak dapat masuk ke dalam pintu, maka virus tersebut tidak dapat masuk ke dalam sel, dan sulit untuk membuat jenis infeksi apa pun. Virus baru dapat berdampak pada sel manusia dengan mudah.

Baca Juga: Inilah 10 Tanda Awal Alzheimer yang Wajib Diwaspadai, Salah Satunya Lupa Nama Sendiri

Michael Letko, seorang penulis penelitian mengatakan bahwa orang yang divaksinasi terhadap covid-19 tidak dapat menetralisir virus, dan orang yang telah pulih dari infeksi Omicron juga tidak dapat terbebas dari virus terbaru ini.

Namun, para peneliti mengatakan bahwa seperti varian Omicron dari SARS-CoV-2, virus ini tidak memiliki gen yang dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Tetapi pada akhirnya bisa berubah jika bercampur dengan gen SARS-CoV-2.

Bagaimana penyebarannya?

Khosta-2 telah beredar di satwa liar seperti kelelawar, trenggiling, anjing rakun dan musang lontar. Letko mengatakan kepada Newsweek, sulit untuk mengatakan pada tahap ini apakah Khosta-2 berpotensi memicu epidemi atau bahkan pandemi.

Baca Juga: Ancaman yang Dilontarkan oleh Putin Ditanggapi dengan Serius oleh Inggris

Para ilmuwan memperingatkan bahwa jika Khosta-2 bergabung dengan SARS-CoV-2, ia dapat memiliki lebih banyak faktor infeksi.

"Peluang SARS-CoV-2 pernah 'bertemu' Khosta-2 di alam pasti sangat kecil, tetapi ada semakin banyak laporan yang menggambarkan SARS-CoV-2 kembali ke satwa liar—seperti rusa berekor putih di Pantai Timur Amerika Serikat," kata Letko.

“Saat ini, ada kelompok yang mencoba membuat vaksin yang tidak hanya melindungi terhadap varian berikutnya dari SARS-2 (SARS-CoV-2) tetapi sebenarnya melindungi kita dari sarbecovirus secara umum,” kata Letko.

Baca Juga: Prosesi Pemakaman Kenegaraan Ratu Elizabeth II Ditonton oleh 28 Juta Pemirsa

“Sayangnya, banyak dari vaksin kami saat ini dirancang [untuk] virus tertentu yang kami tahu menginfeksi sel manusia atau yang tampaknya menimbulkan risiko terbesar untuk menginfeksi kami. Tapi itu daftar yang selalu berubah. Kita perlu memperluas desain vaksin ini untuk melindungi dari semua virus sarbeco,” tambahnya.

Virus tidak memiliki beberapa gen yang diyakini terlibat dalam patogenesis  yaitu berkembang menjadi penyakit pada manusia.***

Editor: Toni Irawan

Sumber: TIME Newsweek

Tags

Terkini

Terpopuler