Unjuk Rasa Muncul di Kabul, Pakistan Dituduh Ingin Jadikan Taliban Sebagai Boneka Kekuasaan di Afghanistan

7 September 2021, 19:43 WIB
Pasukan Taliban berdiri di depan pengunjuk rasa selama protes anti-Pakistan di Kabul, Afghanistan, Selasa 7 September 2021.* /Reuters /Wana

ZONA PRIANGAN - Belum juga membentuk pemerintahan, Taliban sudah dilanda aksi unjuk rasa warga Afghanistan.

Pengunjuk rasa berkumpul di Kedutaan Besar (Kedubes) Pakistan yang berada di Kota Kabul, tulis hindustantime.com.

Mereka mengecam Pemerintah Islamabad yang campur tangan urusan Afghanistan dengan memberi dukungan saat Taliban menyerang Lembah Panjshir.

Baca Juga: NRF Tolak Tawaran Taliban untuk Duduk di Pemerintahan, Konflik di Lembah Panjshir Berlanjut

Ratusan pria dan wanita Afghanistan pada hari Selasa turun ke jalan-jalan di Kabul untuk memprotes Taliban sambil meneriakkan slogan-slogan anti-Pakistan.

Video pawai anti-Taliban dibagikan di media sosial di mana pengunjuk rasa dapat terdengar meneriakkan slogan-slogan seperti "Hidup perlawanan" dan "Matilah Pakistan".

Saksi mata mengatakan bahwa orang-orang bersenjata Taliban menembak ke udara untuk membubarkan unjuk rasa dan menangkap beberapa wartawan Afghanistan yang meliput protes tersebut.

Baca Juga: Pasukan NRF Sampaikan Kabar Duka, Fahim Dashti dan Jenderal Sahib Tewas oleh Serangan Taliban

Tidak ada laporan langsung tentang cedera tetapi pengunjuk rasa terkejut oleh tembakan itu.

"Pasukan Taliban menembaki orang-orang miskin kami," kata seorang wanita yang panik dalam video klip berita televisi Iran, lapor Reuters.

"Orang-orang ini (Taliban) sangat tidak adil, tidak sesuai dengan yang mereka janjikan," ucap seorang pengunjuk rasa.

Baca Juga: Komandan Taliban Mullah Neda Mohammad Jadi Gubernur Nangarhar Tangkapi Anggota ISIS-K

Tolo News Afghanistan mengatakan Taliban juga menahan juru kamera Wahid Ahmadi karena meliput protes tersebut.

"Mereka membuat saya menggosok hidung saya ke tanah dan meminta maaf karena meliput protes," kata seorang jurnalis Afghanistan yang ditahan dan kemudian dibebaskan kepada The Associated Press.

Saad Mohseni, CEO perusahaan induk Tolo, Moby Group, menggunakan Twitter untuk menyoroti jaminan sebelumnya dan tindakan kontras Taliban.

Baca Juga: Amerika Serikat Khawatir Tebentuk Aliansi Kartel Meksiko dan Taliban dalam Peredaran Opium Poppy

"Taliban selalu bersikeras bahwa mereka akan menghormati kebebasan berekspresi dan hak media untuk meliput acara ... dan sekarang ini," tweetnya.

Beberapa laporan media menunjukkan bahwa Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan menginginkan pemerintahan boneka Taliban di Afghanistan.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Hindustan Times

Tags

Terkini

Terpopuler