ZONA PRIANGAN - Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di NATO sempat tertipu dengan permainan Rusia yang memancing alarm jet tempur.
Seperti diketahui pergerakan militer Rusia saat ini dipantau melalui satelit, terkait dugaan invasi ke Ukraina.
Namun Rusia memancing provokasi NATO dengan mengirim sinyal palsu penerbangan jet tempur.
Padahal tidak ada jet tempur yang lepas landas ke Ukraina, yang dilakjukan Rusia cuma memasang transponder radar jet tempur di truk.
Kemudian truk tersebut bergerak berputar-putar pangkalan udara dengan tipu muslihat untuk menciptakan alarm.
Trik itu mendorong pemantau satelit Barat untuk percaya bahwa sejumlah besar pesawat sedang meluncur untuk lepas landas ke Ukraina.
Penipuan pada hari Minggu berhasil meningkatkan ketegangan lebih lanjut, mendorong para pemimpin Amerika dan Inggris untuk meluncurkan unjuk kekuatan militer yang bersatu pada hari berikutnya.
Rusia mendorong respons gemeretak pedang oleh kekuatan Barat untuk memungkinkan Rusia membalas serangan agresor.
Sebuah sumber militer mengungkapkan: “Pesawat-pesawat tempur Rusia sedang dipantau oleh satelit-satelit yang bergerak berputar-putar sepanjang hari, tanpa jeda, seolah-olah sedang dimobilisasi."
Baca Juga: Hadapi Rusia, Ukraina Dapat Dukungan dari Kanada, Justin Trudeau: Tambahan Tentara Segera Dikirim
“Itu memicu alarm di antara angkatan udara asing dan para ahli Rusia percaya itu adalah taktik penipuan untuk lebih meningkatkan tingkat ancaman,” ujarnya.
Kekhawatiran Perang Dunia III meningkat lebih tinggi kemarin karena lebih banyak pasukan, senjata dan rudal terus mengalir ke negara sekutu Putin, Belarus, di utara Ukraina.
Dikutip The Sun, pasukan Rusia berkumpul di Belarus dengan perbatasan 100 mil dari ibukota Ukraina, Kiev.
Kremlin mengklaim sedang melakukan manuver militer dari 10-20 Februari - tetapi gelombang besar orang dan perangkat keras jauh melebihi level untuk latihan permainan perang normal.
Sementara itu, sumber diplomatik di Ukraina mengungkapkan bahwa saluran berita Rusia sekarang "mencekik" gelombang udara dengan berita palsu yang menunjukkan pasukan AS sedang bersiap untuk menyerang.***