ZONA PRIANGAN - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia akhirnya mengakui pasukan Vladimir Putin melepaskan rudal ke Odessa, Ukraina.
Padahal, seharai sebelumnya Rusia baru saja menandatangani kesepakatan membuka blokade Pelabuhan Odessa untuk ekspor gandum melalui Laut Hitam.
Namun, Kemenhan Rusia membantah jika rudalnya mengarah ke fasilitas sipil. Target yang diledakkan mereka berupa objek militer.
Kemenhan Rusia mengungkapkan bahwa rudalnya mengenai infrastruktur militer dan persediaan senjata. Ada gudang rudal anti-kapal Harpoon, yang turut diledakkan.
“Di pelabuhan Odessa, galangan kapal perang Ukraina yang berlabuh telah dihancurkan oleh rudal jarak jauh presisi tinggi berbasis laut,” kata Kemenhan Rusia pada hari Minggu.
"Serangan itu juga melumpuhkan fasilitas perbaikan di mana kapal-kapal Angkatan Laut Ukraina telah diperbaiki," ungkapnya yang dikutip rt.com.
Serangan terhadap sasaran di Odessa, yang merupakan pusat perdagangan utama di barat daya Ukraina, terjadi sehari setelah penandatanganan kesepakatan yang ditengahi PBB untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.
Selama konflik yang telah berlangsung sejak 24 Februari, Moskow bersikeras bahwa pasukannya hanya menembaki pasukan Ukraina dan infrastruktur militer, bukan fasilitas sipil.
Menurut pejabat Kiev, empat rudal jelajah digunakan dalam serangan di pelabuhan Odessa, yang diduga menargetkan gudang gandum yang terletak di sana.
Baca Juga: Sergapan Komando Operasional Ukraina Selatan Bantai 47 Prajurit Vladimir Putin di Wilayah Kherson
Dua dari rudal dicegat dan dua berhasil melewatinya, tetapi gagal menimbulkan kerusakan yang signifikan.
Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky menggambarkan serangan itu sebagai "barbarisme" dan bersikeras "rudal Kalibr Rusia menghancurkan kemungkinan pernyataan" tentang perlunya dialog dan perjanjian apa pun dengan Kremlin.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dengan tegas mengutuk serangan di pelabuhan Odessa, kata juru bicaranya.
Menurut Guterres, implementasi penuh [kesepakatan] oleh Rusia, Ukraina dan Turki sangat penting karena produk-produk yang dicakup olehnya sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis pangan global.
Perjanjian Rusia-Ukraina, yang telah disepakati pada hari Jumat dengan mediasi Turki dan PBB, menetapkan kerangka kerja untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina melalui pelabuhan Laut Hitam.
Selain itu, Rusia dan PBB menandatangani memorandum yang menyatakan keterlibatan PBB dalam mencabut sanksi internasional atas ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia ke pasar dunia.***