Warga Rusia Kabur Menghindari Mobilisasi untuk Perang ke Ukraina, Sejumlah Negara Tolak Permintaan Suaka

- 21 September 2022, 21:08 WIB
Seorang tentara Rusia  dari wajib militer menangis ketika menelepon ibunya.*
Seorang tentara Rusia dari wajib militer menangis ketika menelepon ibunya.* /Security Service Of Ukraine SBU/

ZONA PRIANGAN - Langkah Vladimir Putin yang akan memobilisasi pria Rusia untuk maju perang ke Ukraina menakutkan sejumlah negara.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu mengatakan, mobilisasi akan melibatkan sekitar 300.000 personel tambahan yang dipanggil untuk bertugas di Ukraina.

Negara-negara lain termasuk Amerika Serikat, Belanda dan Inggris mengutuk langkah tersebut, yang bisa memperpanjang perang.

Baca Juga: 1 GTA yang Dikenal Sebagai Pasukan Elit Tank Rusia Disiapkan Melawan NATO, tapi Kabur dari Kharkiv

Di dalam negeri Rusia, ada gelagat sejumlah warga melarikan diri untuk menghindari panggilan mobilisasi menjadi wajib militer.

Namun, mereka juga akan menghadapi kesulitan karena sejumlah negara akan menolak permintaan suaka atau perlindungan kepada orang-orang yang melarikan diri dari Rusia.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Vladimir Putin memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia akan menggunakan semua cara yang dimilikinya untuk melindungi wilayahnya.

Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Menyerah, Kibarkan Bendera Putih Setelah Digempur Tentara Ukraina di Kherson

Segera setelah itu, Latvia, yang berbatasan dengan Rusia, mengatakan tidak akan menawarkan perlindungan kepada orang Rusia yang melarikan diri dari mobilisasi pasukan Moskow.

Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics menulis di Twitter: “Karena alasan keamanan, Latvia tidak akan mengeluarkan visa kemanusiaan atau jenis lain untuk warga negara Rusia yang menghindari mobilisasi.”

Sementara itu, Menteri Pertahanan Finlandia mengatakan sedang memantau situasi di negara tetangga Rusia, menambahkan ada alasan untuk memperketat kebijakan visa negara itu bagi warga negara Rusia.

Baca Juga: 20 Jet Tempur Rusia Hancur di Pangkalan Militer Krimea, Dugaan Kuat Terkena Hantaman Rudal HIMARS Ukraina

“Mengenai lingkungan Finlandia, saya dapat mengatakan bahwa situasi militer stabil dan tenang,” kata Menteri Pertahanan Antti Kaikkonen.

“Pasukan pertahanan kami siap dan situasinya dipantau secara ketat,” ujar Antti Kaikkonen yang dikutip Aljazeera.

Penasihat kepresidenan Ukraina mengatakan keputusan Rusia itu adalah "permohonan yang benar-benar dapat diprediksi" dan bukti bahwa perang "jelas tidak berjalan" sesuai keinginan Kremlin.

Baca Juga: Pasukan Khusus Rusia Spetsnaz Baku Tembak Berdarah dengan Tentara Bayaran Grup Wagner, Ini Penyebabnya

Perintah mobilisasi datang sehari setelah Putin memberikan dukungannya pada referendum bergabung dengan Rusia yang akan diadakan dalam beberapa hari mendatang di empat wilayah Ukraina.

Negara-negara Barat menganggap pemungutan suara itu palsu.

Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), yang diakui Putin sebagai independen sebelum invasi dimulai pada 24 Februari, dan pejabat Rusia di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, telah mengumumkan rencana pemungutan suara.

Baca Juga: Bentrok Lagi, Prajurit Chechnya Lawan Pasukan Buryatia Rusia Rebutan Rampasan Perang di Vasylivka

"Kami akan mendukung keputusan tentang masa depan mereka, yang akan dibuat oleh mayoritas penduduk di Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson," kata Vladimir Putin.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x