Serangan-serangan tersebut, jelas Saree, akan terus berlanjut hingga "agresi terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dihentikan."
Serangan tersebut terjadi beberapa jam setelah Amerika Serikat melakukan serangan defensif dalam menanggapi penargetan kapal-kapal terhadap drone laut berpeledak Houthi di Yaman dan dua hari setelah serangkaian serangan udara AS-Inggris terhadap target militer yang dikuasai Houthi di negara tersebut.
Baca Juga: Militansi Houthi Diyakini Menyebabkan Tewasnya Tiga Tentara AS dalam Serangan Drone di Yordania
Gelombang pertama pada hari Sabtu, menghantam 36 target Houthi di 13 lokasi, diikuti pada hari Minggu dengan serangan untuk menghancurkan rudal jelajah anti-kapal.
Tidak seperti serangan akhir pekan, yang dilakukan bersama-sama dengan Australia, Bahrain, Kanada, Denmark, dan sekutu lainnya, serangan pada hari Senin dilakukan oleh Amerika Serikat sendiri.
Amerika Serikat telah melancarkan serangan ke Yaman sejak 11 Januari untuk mencoba menghalangi kelompok yang didukung Iran tersebut menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden. Houthi mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
Baca Juga: Stasiun Penyimpanan Minyak Milik Saudi Aramco Terbakar Diserang Kelompok Houthi Yaman
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat pada hari Senin mengenai serangan AS di Irak dan Suriah.
Dilakukan setelah Kepala Urusan Politik PBB Rosemary DiCarlo memperingatkan bahwa peningkatan serangan terhadap proksi Iran - 85 serangan pada hari Jumat saja - beresiko menimbulkan kesalahan perhitungan, meskipun AS mengklaim bahwa mereka tidak mencari konflik di wilayah tersebut.
"Saya mengulangi seruan sekretaris jenderal kepada semua pihak untuk mundur dari ambang batas dan mempertimbangkan kerugian manusia dan ekonomi yang tak tertahankan dari potensi konflik regional," katanya.***