Cuaca Makin Ekstrem, Guru Besar Seismologi ITB: Waspada Gempa di Selatan Banten Memicu Tsunami

16 Desember 2020, 14:59 WIB
ILUSTRASI bencana tsunami.* /zonapriangan.com/PIXABAY

ZONA PRIANGAN - Cuaca yang ekstrem belakangan ini sudah menakuti beberapa warga, mulai hujan yang deras, angin yang kencang, dan gelombang yang di laut.

Beberapa rumah ambruk akibat terjangan angin puting beliung, belum lagi beberapa pantai menampakan gelombang tinggi hingga kapal nelayan hancur.

Kondisi tersebut mengingatkan kembali perkiraan terjadinya tsunami di sepanjang pantai selatan Jawa.

Baca Juga: Lucky Hakim Percaya Diri Bergaya Pejabat, Netizen Langsung Komentar: Jangan Jadi Koruptor!

Bahkan tsunami bisa terjadi sangat mengerikan karena tinggi gelombangnya bisa mencapai 20 meter.

Artikel ini sebelumnya sudah tayang di jurnalpresisi.com dengan judul "Mengerikan! Ilmuwan Sebut Gempa Megathrust dan Tsunami Setinggi 20 M Siap Sapu Selatan Pulau Jawa".

Seperti diungkapkan Guru Besar Seismologi ITB, masyarakat pantai selatan harus waspada karena dengan skala megathrust justru terjadi di wilayah sepi gempa.

Baca Juga: Menjelang Sisa Umur, Beberapa Perbuatan Ini Bisa Menolong Masuk Surga

Tak hanya itu, dalam penelitian yang berjudul "Implications for Megathrust Earthquakes and Tsunamis from Seismic Gaps South of Java Indonesia", ia bersama timnya menemukan kemungkinan akan terjadinya tsunami besar.

Tsunami tersebut dikarenakan adanya pemicu yaitu gempa megathrust yang diprediksi tinggi gelombangnya mencapai 20 meter di daerah selatan Banten.

Mengacu dari penelitian tersebut, wilayah Banten memiliki zona aktif tektonik yang ada di Selatan Pulau Jawa sehingga dapat menimbulkan gempa berskala besar.

Baca Juga: Ibu-ibu Jangan Minta Cerai, Sesungguhnya Suami Bisa Dijadikan Tameng dari Api Neraka

Tak hanya itu, Sri Widiantoro memaparkan hasil simulasi selama 3 jam dalam penelitiannya terkait terjadinya gempa megathrust dengan menggunakan model sumber gempa dari hasil inversi data GPS.

Dari penjelasannya, ia menyebutkan bahwa pada periode ulang 400 tahun, tsunami yang terjadi akan mencapai tinggi 20 meter di sekitar selatan Banten dimana semakin ke Timur maka gelombang tsunami akan semakin kecil.

Namun, ia juga menjelaskan jika segmen sebelah timur ini pecah, maka tsunami di bagian timur bisa mencapai 12 meter.

Baca Juga: Untuk Urusan Asmara Nih, Aries Mudah Cemburu, Taurus Sulit Jatuh Cinta, Scorpio Sensitif

Untuk periode ulang 400 tahun, itu bisa menyebabkan tsunami setinggi 20 meter. Ini kira-kira di sekitar selatan Banten.

"Ke timur semakin kecil, tetapi jika yang pecah di sebelah timur, segmen sebelah timur, maka bagian timur tsunaminya bisa mencapai 12 meter kira-kira di selatan", Ujarnya dalam sebuah seminar yang dilakukan secara virtual.

Sri juga menjelaskan, jika segmen sebelah timur dan barat ini pecah, maka segmen barat akan mencapai tinggi tsunami 20 meter dan segmen timur 12 meter dengan rata-rata gelombang tsunami di pantai selatan bisa mencapai 5 meter.

Baca Juga: Hindari Perilaku Ini Karena Mempercepat Tulang Keropos dan Nyeri Sendi

Bagaimana kalau segmen barat dan timur pecah bersama seperti yang terjadi di Toronto?

"Kita lihat, yang sebelah barat bisa mencapai 20 meter ketinggian tsunaminya. Sebelah timur sekitar 12 meter. Namun, rata-ratanya menjadi lebih tinggi kalau pecah bersama. Kira-kira di sepanjang pantai selatan ini bisa 5 meter ini tinggi tsunaminya," ujar Sri Widiantoro.

Dari hasil riset ITB ini pula, disebutkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi gempa dengan kekuatan yang lebih besar dibanding dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Tengah dan Jawa Timur akan menghadapi gempa yang berkekuatan 8,8 Mw.

Baca Juga: Benar Loh Ada Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Ini Daftar Namanya

Namun, jika kedua daerah ini yakni segmen barat dan timur terjadi gempa tunggal, maka akan menghasilkan gempa yang berkekuatan 9,1 Mw.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto menambahkan bahwa di wilayah Selatan Pulau Jawa di dalam catatan sejarah banyak sekali terjadi gempa bumi yang memicu terjadinya tsunami.

Namun gempa yang tercatat merupakan gempa dengan frekuensi rendah dengan guncangan yang lemah. Eko mengatakan bahwa hal ini termasuk dalam kategori tsunami earthquake.

Baca Juga: Ibu-ibu Perlu Jalan-jalan ke Cihideung untuk Mendapatkan Aglonema dengan Harga Murah

Umumnya di selatan Jawa, dalam catatan sejarah banyak sekali kejadian gempa yang memicu tsunami itu terklasifikasikan menjadi tsunami eartquake.

"Jadi yang dimaksud gempa besar yang bisa memicu tsunami itu bukan saja yang guncangannya kuat, tapi yang harus yang lebih penting diperhatikan adalah yang guncangannya lebih lama. Seberapa lama ? setidaknya misalnya 60 detik,” ucapnya.

Eko mengatakan bahwa tsunami earthquake merupakan gempa dengan frekuensi rendah yang menjadikan guncangan gempa lemah, tetapi gempa tersebut mengakibatkan deformasi di dasar laut sehingga memicu tsunami.

Baca Juga: Kantor Gubernur Heboh, Lewat Cuitan Seorang Perempuan Klaim Dilecehkan Bertahun-tahun

Tsunami earthquake itu adalah dalam terminologi scientific yaitu frekuensi gempanya adalah rendah sehingga dengan demikian guncangannya itu menjadi lemah.

Tapi sebenarnya gempanya itu sendiri sudah mengakibatkan perubahan deformasi di dasar laut yang bisa memicu tsunami, dan itu bisa terjadi,” ujarnya. ***(Avilia Primaturin/jurnalpresisi.com)

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Jurnal Presesi

Tags

Terkini

Terpopuler