Koleksi Barang Antik Dicky Rata-rata Sudah Berusia di Atas 50 Tahun

19 Juli 2020, 09:39 WIB
DICKY Harisman rutin membersihkan barang-barang antik koleksinya.*/GINANJAR ARIF /

ZONA PRIANGAN - Dicky Harisman (52) punya hobi mengumpulkan barang-barang antik, mulai dari radio, pesawat telefon, kamera hingga aneka perabot rumah tangga.

Jika dihitung-hitung, koleksi barang antiknya sudah melebihi barang primer yang harus dimiliki Dicky.

Jumlahnya sudah ratusan, sehingga Dicky menyiapkan ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang lawas tersebut di rumahanya Kompleks Bumi Harapan Cibiru Kota Bandung.

Baca Juga: Mengapa Persib Tidak Menginginkan PSMS Medan Terdegradasi, Ini Jawabannya

Tanpa sadar, Dicky pun sudah banyak mengeluarkan anggaran untuk berburu barang antik ke sejumlah daerah.

Awalnya, Dicky memang sekadar mengoleksi dan saat santai sambil minum kopi, dia sangat menikmati pemandangan bergaya jadul tersebut.

Belakangan, dia berpikir keras bagaimana untuk menambah koleksi yang baru, sementara pendanaan sangat terbatas.

Baca Juga: Manchester United Vs Chelsea, Siapa Yang Lolos Ke Final FA ?

Apalagi di musim pandemi Covid-19, sulit mendapatkan dana untuk mencari barang-barang antik terbaru di ruang pamernya.

Akhirnya ide ditemukan, jika koleksinya ada yang meminati dan berani membayar, Dicky dengan senang hati melepasnya.

Uang yang didapat, kembali dibelikan untuk membeli barang-barang antik, untuk mengganti atau menambah koleksi.

Baca Juga: Usai Berhubungan Intim, C dan CC Dipaksa Konsumsi Pil Anti Hamil

Kemana saja Dicky berburu barang antik selama ini?

Untuk wilayah Bandung, Dicky sering menjelajahi kawasan pedagang loak (besi dan barang elektronik) di daerah Astana Anyar.

Di tempat itu, kalau lagi beruntung bisa ditemui radio transistor, jam beker, gilingan kopi, TV lawas hingga piringan hitam dan barang bekas lainnya.

Baca Juga: Keket, Menambah Daftar Artis yang Tersandung Narkoba

Mereka pedagang loak yang mangkal di sana, buka sejak pagi sekira jam 06.00.

Tempat lainnya yang dikunjungi Dicky, yakni Pasar Loak Cilaki. Tidak jauh beda dengan di Astana Anyar, di Pasar Cilaki sering ditemui pedagang benda-benda antik.

BEBERAPA perabotan rumah tangga yang menjadi koleksi Dicky Harisman.*/GINANJAR ARIF

Sesekali Dicky hunting ke Pasar Loak Notoharjo dan Pasar Triwindu di Surakarta.

Baca Juga: Sistem Pendingin Red Magic 5S Menggunakan Material dari Perak

Atau berkunjung ke Yogyakarta mencari barang di Pasar Klitikan Nithen Bantul.

"Saya juga suka nongkrong di Pasar Klitikhan Yogya dan Pasar Sentir di kawasan Malioboro yang buka malam hari," ungkap Dicky.

Selain Solo dan Yogya, Dicky kerap hunting ke Pasar Jatinegara Jakarta sampai ke Pasar Gembrong Surabaya.

Baca Juga: Comet Neowise Akan Melintasi Bumi 6.800 Tahun Lagi

Kalau datang langsung, dia merasakan kepuasan karena bisa melihat kondisi barang sebenarnya. Walau begitu, dia harus menyediakan anggaran yang lebih besar.

Sesekali Dicky berburu benda lawas lewat online. Beberapa barang seperti radio tabung, jam dinding, lampu gambreng dan mesin ketik lawas saya pesan dari daerah Jateng dan Jatim.

Barang antik yang dimiliki sebagian besar adalah perkakas atau peralatan rumah tangga yang biasa tersedia di dapur seperti rantang enamel, ceret, nampan, termos lawas dan toples lawas yang rata-rata sudah berusia di atas 50 tahun.

Baca Juga: Agustus-Desember 2020 Masa Pemulihan Ekonomi pada Sektor Pariwisata

"Secara pribadi saya lebih menyukai industrial vintage seperti radio tabung, kipas angin, TV tabung, jam meja, raket tenis kayu, piala era 1950an, kaleng kue produksi tahun 1969, telefon dan barang elektronik lainnya yamg diproduksi sebelum tahun 1940 ke bawah," ujar Dicky.

Ada satu koleksi favorit Dicky, berupa jam dinding berusia tua. Barang itu bermerek Caro made in Jerman yang diproduksi tahun 1915.

Merek Caro ini sudah diproduksi sejak tahun 1800-an.

Baca Juga: Apa Kata Zodiak: Virgo Semakin Romantis, Scorpio Jangan Terlalu Cuek

"Jam ini bisa dibilang koleksi saya paling mahal karena saya harus rela menjual 19 koleksi piringan hitam dari musisi Jazz era 1970an senilai 400 ribuan satu buahnya," kata Dicky.

Menurut Dicky, merawat barang lawas atau antik susah-susah gampang. Terutama yang berbahan besi dan kuningan.

Jika rumah tempat kita lembab, benda-benda ini cepat mengalami proses korosi.

Baca Juga: Siapa Yang Akan Menyusul Norwich City Terdegradasi ?

Misalnya pada benda ceret yang sudah berkarat. Jika dibiarkan lama akan bertambah banyak.

Kuningan akan berkarat dengan ditandai keluar warna hijau pada benda ini seperti setrika kuningan, bokor kuningan dll

Dicky mengingatkan, benda elektronik yang masih hidup seperti radio tabung, laser disc player dll sebulan sekali dipanaskan mesinnya dengan cara disetel (didengarkan). Bagi Dicky, hal itu hitung-hitung bernostalgia.

Baca Juga: Mike Tyson Akan Bertarung dengan Hiu Putih Besar

Selain benda-benda antik Dicky juga megoleksi beberapa tint toys (mobil-mobilan kaleng dll), souvenir luar negeri yang dikumpulkan dalam tempat khusus.

Untuk benda-benda antik ini tentu saja banyak mengeluarkan banyak uang. Satu benda radio tabung, misalnya, harganya berkisar antara 1 juta hingga puluhan juta.

Sebelum serius mengoleksi benda-benda jadul, sebenarnya Dicky sudah rajin mengumpulkan kaset dan CD Audio.

Baca Juga: Pilkada Pangandaran, Adang-Supratman Tidak Mudah Kalahkan Jeje-Ujang

Ini berkait erat dengan hobi Dicky yang senang bernyanyi. Tak heran jika dia hafal lagu-lagu baik dari penyanyi luar negeri maupun dalam negeri.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler