Heboh! Seorang Wanita Tinggal di Gua Bawah Pemakaman Kabupaten Majalengka

7 November 2022, 09:13 WIB
Gua ini menjaditempat tinggal seorang wanita di Majalengka. /Zonapriangan.com/Rachmat iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Sebuah gua di Blok Tiang Nganjung, di Desa Majasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka yang buat Naryana (51) warga Blok Trisari, Desa Majasari yang menjadi tempat peristirahatan bersama istrinya Tuti menjadiB viral, beberapa hari terakhir banyak dikunjungi warga yang penasaran dengan keberadaan gua tersebut.

Gua tersebut panjangnya berukuran kurang lebih 10 meteran, dengan bentuk U, kedua pintu masuk hanya berukuran kurang lebih tinggi 1 meter dengan lebar 1 meteran.

Namun ketika masuk ke dalam ketinggiannya mencapai kurang lebih dua meteran sehingga yang masuk bisa berdiri bebas.

Hanya saja lebar di bagian dalam hanya sekitar 1 lebih saja, orang yang masuk bisa berpapasan. Malah katanya bisa solat.

Baca Juga: Inilah 7 Satwa yang Dilepasliarkan Balai TN Gunung Ciremai

Dari pintu masuk yang satu ke pintu masuk lainnya berjarak kurang lebih 4 meteran. Pintu masuk pertama berada dekat gubuk yang juga milik Naryana, gubuk dibangun setelah membangun gua. Di atas pintu masuk gua terdapat patung manusia berukuran kurang lebih 1 meter, dan di bagian pijakan patung atau bibir atas pintu masuk terdapat tulisan “Bismillahirohmanirohim” dengan huruf arab.

Berjarak 3 meter ke bagian atas dari patung tersebut terdapat patung singa. Ada tiga patung singa yang dibuatnya diantaranya dibuat dekat gubuk serta di gang pintu masuk ke area gua dan lahan pertanian.

Gua tersebut dibuat di mulut tebing dengan ketinggian kurang lebih 5 meteran, diatas tebing tersebut terdapat puluhan makam yang katanya makam tersebut adalah pemakaman umum. Suasana di sekitar lokasi tersebut nampak sejuk penuh dengan pepohonan besar, sedangkan didepan tebing terdapat perkebunan kangkung dan genjer kurang lebih berukuran 20 m X 100 meteran yang menjadi lahan pencaharian pasangan suami istri Naryana dan Tuti (43).

Baca Juga: Perahu Gerek Menjadi Andalan Warga Jatitujuh untuk Menyebrang

Naryana menyebutkan, gua tersebut mulai dibangun sekitar 7 tahun lalu, semula dia membangun gua sekedar iseng namun kemudian dia berpikir gua bisa dijadikan sebagai tempat beristirahat kala hujan deras disertai petir. Sehingga mulailan dia membobok tebing dengan cangkul dan linggis yang biasa digunakan untuk bertani.

Tekstur tanah tebing tersebut tidak begitu keras karena sebagian berasal dari batu cadas yang empuk. Entah berapa lama dia membuat gua tersebut dia juga tidak mengingatnya karena gua dibuat dikala senggang dari bertani kangkung serta genjer.

“Dibuatnya sih sekitar 6 tahun lalu kayaknya sekitar Tahun 2017. Tidak berniat untuk menjadi tontonan orang juga karena ini lebih untuk peristirahatan kalau hujan deras dan menghindari petir, kalau di gubuk petir masih bisa menyambar walaupun gubuk tersebut berdinding,” ungkap Naryana sambil menunjuk gubuk berdinding kalsibor dan bambu berukuran kurang lebih 3 m X 4 m. Didalamnya terdapat ranjang kayu, di bagian atap tambang plastik tempat menyimpan sajadah dan kain sarung serta mukena. Dekat ranjang atau warga setempat menyebut amben juga ada tali untuk mengikat kangkung dna genjer.

Baca Juga: Berakhir hingga 23 Desember 2022, Denda yang Telat Bayar Pajak Kendaraan Dibebaskan

Diapun tidak menyebutkan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membangun gua dan relif di pintu masuk serta patung yang dibuatnya. Dengan alasan patung dan pintu masuk gua juga dibuat bertahap kala memiliki uang lebih.

“Ini untuk istrirahat, kalau di dalam gua ketika hujan deras dan petir datang terasa lebih aman, tidak pernah terdengar orang tersampar petir di gua, karena lebih terlindungi, kalau di gubuk khawatir petir menyambar maklum daerah pedataran petirnya ganas,” kata Naryana yang rumahnya berjarak sekitar 1,5 km dari lokasi tersebut.

Di dalam gua tersebut tidak ada air menetes dari bagian atas walaupun di bawah tebing, tanah yang nampak basah justru dari bagian bawah karena air hujan yang merembes ke dalam, Sedangkan di lantai bagian paling dalam udaranya lebih sejuk.

Naryana dan Tuti menyebut kawasan yang dibuat gua tersebut adalah tanah milik Pemerintah Desa Majasariyang diperuntukan Tempat Pemakaman Umum, sedangkan lahan pertanian yang digarapnya dan ditanami genjer serta kangkung adalah tanah warisan dari orang tuanya.

“Sekarang gua ini didatangi banyak orang yang menduga saya tinggal di gua, padahal ini hanya untuk beristirahat dan mengamankan diri dari kilatan petir. Kami punya rumah sendiri jaraknya dekat. Gubuk juga ada,” ungkap Naryana yang katanya menyukai seni kaligrafi.

Tuti mengatakan, dirinya mendukung suaminya membuat gua sebagai tempat berlindung dan beristirahat.

“Sekarang jadi banyak yang datang juga,” katanya.

Baca Juga: Pemerintah Kabupaten Cirebon telah Menyiapkan Empat Rumah Sakit untuk Menangani Kasus Gagal Ginjal Akut

Kaur Pemerintahan Desa setempat Cecep Mulyana mengatakan, lahan yang dibangun gua di Blok Tiang Nanjung adalah tanah milik desa yang digunakan untuk TPU dan makam tersebut selama ini dikeramatkan warga.

Dia menegaskan bahwa gua tersebut hanya menjadi tempat beristirahat pasangan suami istri bukan tempat tinggal mereka, karena mereka punya tepat tinggal rumah permanen di Blok Trisari. Naryana membuat gua karena di lahan yang bersebelahan dengan TPU atau di depan tebing adalah lahan milik Naryana yang kini ditanami kangkung bersama istrinya.

“Saya bangga dengan kreatifitas dia. Namun saja harus dipertegas jangan sampai ada yang menyebut bahwa pasangan suami istri tinggal di gua karena tidak punya rumah. Karena dia punya rumah , namun saja setiap hari mulai pagi hingga sore berada di sana karena pencahariannya di sana,” ungkap Cecep.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Tags

Terkini

Terpopuler