Warga Banjaran Majalengka Bayar PBB dan Pergi Umrah Cukup dengan Sampah

- 5 Maret 2021, 08:16 WIB
Pengelola Bank Sampah tengah menimbang sampah yang disetorkan warga atau nasabah di Blok Banjaran Hilir, Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.*
Pengelola Bank Sampah tengah menimbang sampah yang disetorkan warga atau nasabah di Blok Banjaran Hilir, Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.* / zonapriangan /Rachmat Iskanda ZP

ZONA PRIANGAN - Kampung Banjaran Hilir, Desa Banjaran, Kec. Banjaran, Kab. Majalengka mendirikan bank sampah.

Program itu sebagai upaya menghilangkan kesan kumuh di lingkungan pemukiman, serta tabungan lebaran dan membayar pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Dalam sebulam sampah anorganik dari 30 nasabah yang ada di Blok Banjaran Hilir terkumpul hingga 700 kg atau 7 kw yang diangkut boleh pengepul.

Baca Juga: Bermula dari Facebook, Seorang Ibu Menyesal telah Berhubungan Intim dengan Pria Beristri

Kini di wilayah tersebut tak terlihat lagi adanya sampah plastik berserakan di jalan atau kebun.

Masyarakat sudah terbiasa menyimpan sampah sendiri di karung untuk disetor ke pengelola bank.

Adanya bank sampah menurut inisiator yang juga pengawas bank sampah, Gelar S Ramdhani, berawal dari keprihatinannya melihat produksi sampah rumah tangga menumpuk dan tidak terkendali.

Baca Juga: Dua Desa di Kaki Gunung Ciremai Sempat Mencekam, Tiap Pagi Warga Temukan Ceceran Darah

Dulu sungai-sungai di Banjaran Hilir bersih, enak buat mandi, main di sungai, marak (mencari ikan).

Sekarang sungai banyak sampah. Terus sampah-sampah dari sungai masuk ke lahan pertanian warga, karena pertanian warga mengandalkan irigasi dari sungai.

Petani Banjaran Hilir telah cukup lama mengeluhkan hal ini, karena plastik pembungkus makanan dan sebagainya ada di sawah dan menganggu kesuburan tanaman.

Baca Juga: Sungai Ini Selalu Menggoda Setiap Orang untuk Melompat dan Berakhir dengan Kematian

"Tapi ketika ditanya soal buang sampah, jawabannya kamana deui miceun runtah (kemana lagi buang sampah,” papar Gelar.

Dampak lain, saluran tersumbat, air menggenang, kala hujan di jalan pun banjir.

Sekarang di kampung pun minuman serba kemasan plastik, makanan juga demikian dikemas plastik, sampahnya dibuang begitu saja.

Baca Juga: Gara-gara Kondom Tertinggal di Vagina, Perselingkuhan Istri Terbongkar

"Kalaupun dibuang asal-asalah di lempar ke kebun, pinggir sungai, ketika hujan terbawa arus air dan lingkungan semakin kotor,” ungkap Gelar S Ramdhani yang berprofesi dokter gigi.

Sejak awal September 2019 lalu dia mengajak dialog bersama sejumlah pemuda di desanya untuk menampung sampah anorganik yang diproduksi rumah tangga.

Awalnya ajakan tersebut disambut pesimis oleh teman-temannya, semua sanksi akan keberhasilan ide tersebut.

Baca Juga: Mencukur Bulu Kemaluan dan Cabut Bulu Ketiak Jangan Lebih dari 40 Hari, Ini Penjelasannya

Tapi kemudian gagasan berusaha disosialsiasikan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah plastik, kertas dan sampah lainnya ke kebun.

Sampah dikumpulkan di karung atau kardus untuk dibawa ke bank sampah yang tempatnya di gubuk yang dibangun di lahan bengkok desa.

Untuk meyakinkan masyarakat, bahwa sampah bisa bermanfaat untuk pribadinya, orang lain dan menghasilkan uang, pihak pengelola berupaya membuat buku tabungan masing-masing dengan jumlah anggota 30 orang.

Baca Juga: Stop! Penggunaan Husnul Khatimah untuk Orang Meninggal, Itu Kebiasaan Tidak Tepat

Buku tersebut dicetak dan dibubuhi logo serta nama pemilik. Didalamnya tertera data pengiriman sampah, mulai waktu pengiriman, jumlah yang dikirim serta nilai uang yang bisa diperoleh setiap nasabah.

Dengan cara seperti itu lambat laun masyarakat semakin tertarik terlebih dari pengumpulan sampah mereka bisa mendapatkan uang yang bisa diambil sebulan sekali.

Bahkan kini tak hanya orang dewasa, anak-anakpun bisa memiliki tabungan sampah sendiri.

Baca Juga: Hati-hati bagi Istri yang Suka Ngomel, Ternyata Bisa Menimbulkan Nasib Sial, Ini Penjelasannya

“Kini kami sudah memiliki mesin pencacah plastik sendiri, sehingga pengepul sudah bisa membawa barang plastik yang sudah diproses,” ungkap Gelar.

Gelar pun membangun manajemen bank setransparan mungkin serta akuntabilitasnya jelas hingga dipercaya masyarakat.

Belakangan Direktur Bank Sampah Agus Abdul Syukur berupaya mengajak masyarakat dari tabungan sampah tersebut bisa dimanfaatkan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Baca Juga: Untuk Hidup Bahagia Dunia dan Akhirat Cobalah Menghindari Tiga Perkara Ini

Itu dilakukan untuk mempermudah proses setoran pajak, baik bagi pemerintah maupun wajib pajak.

Sementara itu Teti salah seorang ibu rumah tangga yang juga nasabah sampah megatakan, sejak menambung sampah Tahun 2019 lalu tabungannya hingga kini belum pernah diambil. Alasannya untuk tabungan umrah.

“Kalau bisa mah tidak sekadar sampah plastik tapi juga sampah organik agar tidak sulit membuang, tapi diolah oleh pengelola menjadi pupuk,” ungkap Teti.

Baca Juga: Perusahaan Unik, Absensi Karyawan Berupa Salat Dhuha, Hafal Alquran 1 Juz Dapat Hadiah Umrah

Sekarang gagasan bank sampah yang semula dicibir dan dikatakan “nanaonan eta” telah membuahkan hasil.

Lingkungan menajdi bersih, masyarakat punya tabungan lebaran dan PBB, sebagian abnak muda bisa berdaya menjadi pengelola sampah.

Bank Sampah Banjaran hilirpun telah menjadi tempat rujukan dari beberapa wilayah yang akan mengadopsi sistem pengelolaan sampah.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x