Refly Harun: Hitungan Yusril Dari Mana Ketika Bilang Kalau Tidak Ada Tanda Tangan PBB, SBY Tidak Jadi Presiden

- 27 September 2021, 11:31 WIB
Refly Harun tanggapi pernyataan Yusril Ihza Mahendar terkait SBY di pemilu tahun 2004.
Refly Harun tanggapi pernyataan Yusril Ihza Mahendar terkait SBY di pemilu tahun 2004. /Tangkapan layar Youtube.com/@Refly Harun

ZONA PRIANGAN - Perdebatan Yusril Ihza Mahendra dan kader Partai Demokrat Andi Arief terjadi ketika Yusril menjadi pengacara eks kader Demokrat yang menggugat AD/ART Partai Demokrat ke Mahkamah Agung (MA).

Berita tentang perdebatan tersebut menuai tanggapan Pengamat dan ahli hukum Tata Negara Refly Harun.

Dalam channel Youtube pribadinya yang diunggah Minggu 26 September 2021, Refly Harun mengatakan sekadar mengingatkan mudah-mudahan saya tidak keliru untuk menengahi debat antara Yusril Ihza Mahendra dan Andi Arief.

Baca Juga: Menurut PSI, Video Giring Terkait Anies Baswedan Bukan Penyebaran Kebencian Tapi Pengungkap Kebenaran

Debat ini ujungnya adalah membahas mengenai pencalonan SBY pada pilpres 2004. Yusril mengatakan tanpa dukungan dari Partai Bulan Bintang (PBB) maka SBY tidak bisa maju sebagai capres di 2004.

Menurut Yusril, SBY jadi calon presiden itu hanya dicalonkan oleh dua partai, PD dan PBB. Kalau PBB tidak calonkan, tidak akan pernah SBY jadi presiden.

"Belakangan ikut PKPI yang juga dukung, tetapi PKPI hanya 1 kursi. Jadi tidak ada pengaruhnya nyalonkan atau tidak," ujar Yusril.

Baca Juga: Refly Harun: Pernyataan Giring Bahwa APBD DKI Digunakan Anies Untuk Calon Presiden 2024 Adalah Tuduhan Serius

Pernyataan terakit partai Demokrat dan SBY, ditanggapi oleh Refly Harun yang mengatakan Yusril keliru dalam menilai pencalonan SBY di tahun 2004.

Refy Harun mengaku heran dengan pernyataan Yusril mengenai SBY yang tidak bisa maju menjadi capres tanpa PBB.

"Saya tidak tahu darimana hitungannya Yusril ketika mengatakan kalua tidak ada tanda tngan PBB, SBY tidak jadi presiden. Mungkin keliru, lupa," ujarnya.

Baca Juga: Musim Kemarau Panjang Membawa Berkah Bagi Perajin Keripik Gadung

Menurut Refly, Yusril keliru, baik 2004 maupun 2009 itu Demokrat bisa standing alone tanpa menggandeng mitra koalisi mereka bisa mencalonkan SBY dan pasangannya sebagai capres dan cawapres," ujar Refly Harun.

Ketika itu Partai Demokrat memang hanya meraih suara 7 persen. Namun dengan bekal 7 persen itu, Partai Demokrat tetap bisa mencalonkan SBY sebagai capres pada pilpres 2004.

Refly Harun mengatakan pada pilpres 2004 walau ada presidential threshold tapi digunakan pasal peralihan.

Baca Juga: Pengawas Nuklir PBB Menilai Iran Telah Gagal Hormati Perjanjian Terkait Peralatan Pemantauan

Dasar pilpres 2004 adalah UU Nomor 23 Tahun 2003. Menurut Refly, Pasal 5 UU 23 itu  menybutkan syarat threshold adalah 15 persen jumlah kursi atau 20 persen perolehan suara sah secara nasional.

Sementara Demokrat tidak cukup karena cuma 7 persen. Tapi , kata Refly ada pasal peralihan di pasal 101 UU 23. Ketentuan peralihan itu mengecualikan pasal 5 karena ini karena dianggap ini pilpres pertama kali.

"Khusus untuk pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2004,  partai politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan perolehan suara pada pemilu anggota DPR sekurang-kurangnya 3 persen dari jumlah kursi DPR atau 5 persen perolehan suara sah secara nasional dapat mengusulkan pasangan calon," bunyi pasal 101.

Baca Juga: Refly Harun: Staf Khusus Presiden Tidak Boleh Sembarangan dan Harus Terkontrol Omongannya

Ketentuan presidential threshold 15 persen jumlah kursi atau 20 persen perolehan suara sah secara nasional tidak dipakai pada pilpres 2004. Maka munculah 5 pasangan calon presiden dan wakil presiden. Yaitu SBY-JK, Megawati-Hasyim Muzadi, Wiranto-Shalahuddin Wahid, Amien Rais-Siswono Yudohusodo dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pada Pemilu 2009 Threshold untuk Partai Demokrat dinaikkan, karena kursinya kecil hanya 7 persen.

Menurut Refly Harun, PDIP dan Golkar paling getol untuk menaiikkan presidential threshold karena berharap Demokrat tidak bisa mencalonkan SBY karena kursinya kurang.

Baca Juga: Refly Harun: Bagaimana Pak Prabowo Menguasai Tanah di Sentul ? Apakah Seperti Rocky Gerung Beli dari Penggarap

"Dalam tanda kutip PDIP dan Golkar main mata karena punya kepentingan yang sama untuk menggganjal SBY. Ternyata pada 2009, Demokrat satu-satunya partai yang bisa standing alone karena kursinya 26 persen walaupun suaranya cuma 21 persen,"ujar Refly Harun.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x