Hendropriyono: Intelijen Tidak Hanya Belajar Ilmu Intelijen Tetapi Juga Harus Belajar Filsafat

- 19 November 2021, 06:45 WIB
AM Hendropriyono berbagi cerita tentang ilmu dan dunia intelijen.
AM Hendropriyono berbagi cerita tentang ilmu dan dunia intelijen. /Tangkapan layar Youtube.com/ Deddy Corbuzier

ZONA PRIANGAN - Sebagai bintang tamu dalam Podcast Deddy Corbuzier yang disiarkan melalui Youtube, Kamis 18 November 2021, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M Hendropriyono mengutarakan tentang seluk beluk Intelijen.

Menurutnya  ilmu intelijen sebaiknya digabungkan dengan ilmu filsafat agar intelijen bisa membangun nalar kritis dan intelektual dalam bekerja.
Dia juga menyarankan agar intelijen tidak bekerja seperti robot yang hanya menerima perintah, tapi tidak menjalankan proses berpikir.

"Intel itu harus jadi filsuf untuk membangun daya pikir intelektual. Jadi dengan dia berpikir itu dia bisa mencari solusi dan pertanyaan dia.

Baca Juga: Refly Harun: Masyarakat Tidak Suka Dengan Lingkaran Istana Termasuk KSP Moeldoko

Baca Juga: KSP Moeldoko Diusir Massa di Semarang, Pendemo: Ini Panggung Rakyat, Pelanggar HAM Tidak Boleh Dikasih Ruang

Misalnya ada strategi, dia bisa berpikir mengapa harus memakai strategi itu," katanya

A.M Hendropriyono menambahkan Intelijen itu seperti pancaindra. Dimana intelijen itu bukan sekadar ilmu untuk memata-matai orang lain yang menjadi target, tetapi juga membutuhkan proses berpikir yang tinggi dan cepat, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat saat tengah bekerja di lapangan.

Menurut Hendropriyono, biasanya intelijen yang menyamar menjadi tukang bakso maupun tukang siomay dilengkapi dengan walkie talkie (HT) untuk memberikan informasi lengkap kepada atasan mengenai target yang sedang diburu.

Baca Juga: Rocky Gerung: Saat ini Isu Radikalisme Muncul Demi Menutupi Isu Korupsi dan PCR yang Tengah Disorot

A.M Hendropriyono menjelaskan seorang intelijen bisa menyamar sebagai apapun termasuk jadi tukang bakso dan tukang siomay di lingkungan rumah.

Selain itu, intelijen yang menyamar menjadi tukang dagang di sekitar lingkungan masyarakat, biasanya hanya bertugas sebagai spionase dan tidak melakukan kontak fisik.

"Tugasnya adalah spionase, mencari keterangan sampai dia tahu dan kenal betul siapa musuh dan siapa rakyat dan bagaimana medannya dan akses menuju ke jantung itu bagaimana," kata Hendropriyono.

Baca Juga: Gus Nur: Jangan-jangan Hatinya Habib Rizieq Pura-pura dan Galau

Setelah mendapatkan informasi yang lengkap, kata Hendropriyono, intelijen yang menyamar sebagai tukang dagang itu bertugas untuk memilih strategi yang tepat untuk melanjutkan tugasnya.

"Jadi hanya mencari informasi dengan mata kepala dan panca indra dan masuk ke otaknya, kemudian dia berpikir memilih strategi mana yang bagus," ujarnya. ***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: Podcast Deddy Corbuzier


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x