Kalau Sungai Citarum Kotor, Kita Harus Membeli Air Bersih Rp 197 Triliun/Tahun

- 11 Juli 2020, 13:32 WIB
 SATGAS Citarum harum memberi penjelasan kepada warga akan pentingnya fungsi Sungai Citarum./ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA
SATGAS Citarum harum memberi penjelasan kepada warga akan pentingnya fungsi Sungai Citarum./ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA /

Ia pun menjelaskan sampah yang dihasilkan warga bisa mencapai 20.462 ton/hari, sekitar 71 persen tak terangkut dan dibuang sembarang tempat.

"Limbah medis sumber penyakit dan sangat berbahaya. Kalau dibuang bukan pada tempatnya," katanya.

Disebutkan, sampah 1.927 ton/bulan dan tertangani 1.278 ton/bulan dan tidak tertangani 649 ton/bulan. Sementara tinja manusia 35,5 ton/hari.

Baca Juga: Diskominfo Kelola Statistik Data hingga Aplikasi Jaringan

"Kotoran manusia di buang ke sungai sehingga air sungai kotor dan mengandung bakteri e-coli. Sehingga bisa menimbulkan penyakit," katanya.

Bakteri e-coli, imbuhnya, berdampak pada kram perut, diare berdarah, gagal ginjal kronis (30 persen), stroke (5 persen) dan kematian (3-5 persen).

Satgas pun menjelaskan, di DAS Citarum mencapai 3.236 industri tekstil dan sebelumnya mencapai 90 persen tak memiliki Instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

Baca Juga: Salat Idul Adha Diizinkan tapi Tidak Boleh Edarkan Kencleng Sumbangan

Namun saat ini mereka secara bertahap sudah bisa mengolah limbah secara bertahap dengan menggunakan IPAL.

Dampak keracunan mercury yang bersumber dari limbah industri itu bisa menimbulkan gangguan pada otak, tumor, radang gusi dan sumber penyakit berbahaya lainnya.

Halaman:

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x