Menyuarakan Jeritan Petani, Ahmad Fathoni Jadi Perhatian di Kawasan Nol KM Sungai Citarum

- 9 Agustus 2020, 04:50 WIB
 AHMAD Fathoni menyuarakan jeritan petani.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA
AHMAD Fathoni menyuarakan jeritan petani.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA /

ZONA PRIANGAN - Ahmad Fathoni, warga Desa Cikembang Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung menarik perhatian sejumlah petani.

Ahmad Fathoni menjadi perhatian karena menyuarakan nasib petani lewat pembacaan puisinya sepanjang tiga lembar kertas HVS, Sabtu 8 Agustus 2020.

Dia terlihat lugas saat membacakan tulisannya yang berisi "Jeritan Kaum Tertindas di Bawah Kaki Para Penguasa".

Baca Juga: Persaingan Kakak Beradik di Persib Bandung, Ada yang Bersinar, Ada yang Langganan Bangku Cadangan

Tulisannya itu dibacakan saat menyambut kedatangan Ketua Fraksi PKB DPR RI H. Cucun Ahmad Syamsurijal sebelum masuk ke bangunan Bale Sawala di kawasan nol KM Sungai Citarum Obyek Wisata Situ Cisanti Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari.

Di tempat itu, dilaksanakan dialog bersama petani pada rangkaian kegiatan reses Anggota DPR RI H. Cucun dari Komisi III.

Saat Ahmad membacakan puisi tersebut menjadi perhatian puluhan warga, termasuk para petani.

Baca Juga: Sudah Merasakan Goyangan hingga Menjerit-jerit, Kok Bayarnya Cuma Rp 2.000,00

Bahkan para pengunjung obyek wisata Situ Cisanti pun turut menyimak puisi yang dibacakan Ahmad tersebut.

Ini puisi yang dibacakan Ahmad di depan H. Cucun dan para petani di Kecamatan Kertasari tersebut.

Jeritan Kaum Tertindas Dibawah Kaki Para Penguasa

Baca Juga: Sekolah Libur Panjang, Pelaku Usaha Jasa Antar Jemput Siswa Kini Menderita

Kami berteriak tetapi tidak ada telinga yang mendengar
Kami merintih dalam tangisan hingga kehabisan air mata
Kami berjuang tetapi keutuhan telah disobek sobek
Suara kami hanyut ditelan konglomerat dan perusahaan raksasa
Air mata kami ditelan belantara kekuasaan rezim ini
Tangan kami tergilas ekonomi buldoser pembangunan

Baca Juga: Miliki Bakat Menyanyi, Ikuti Audisi Pop Academy

Berteriak mempertahankan hak atas tanah bangsa
Tetapi itu disebut anti pembangunan dan separatis
Menangis membela hidup disebut pengacau negara
Berjuang mempertahankan tumpah darah kami, itu katanya musuh negara
Kuburan leluhur, kampung, adat, binatang dan tanaman

Baca Juga: Menyapa Bintang Sinetron, Punya Kesempatan Raih Hadiah Ratusan Juta

Sumber alam dan hutan kami dicaplok oleh penguasa kapitalis dan penguasa bersenjata
Kami tergusur, terhimpit dan merana
Kami terbuang di kampung halaman dan tanah leluhur kami sendiri
Kami menjadi pengemis di atas kekayaan dan dari para pencuri, perampok dan pembunuh
Kami menjadi tak berdaya

Baca Juga: Pemirsa Bisa Adu Akting dengan Pemain Sinetron Samudra Cinta

Inikah takdir hidup kami
Semuanya hanya dia sang maha kuasa,
Alam bangsa negri dan moyang negri ini tahu
Kepadanya kami serahkan.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x