Greenpeace Ajak Masyarakat Tidak Konsumsi Air Mineral Galon Sekali Pakai, Waspada Dampak Migrasi Mikroplastik

16 November 2021, 11:07 WIB
Ilustrasi air mineral dalam kemasan galon sekali pakai. Greenpeace ajak masyarakat tidak konsumsi air mineral dalam kemasan galon sekali pakai, waspada dampak migrasi mikroplastik. /Pixabay/Mohamed Hassan/

ZONA PRIANGAN - Keberadaan air minum dalam kemasan galon sekali pakai hingga kini masih menuai kontroversi.

Para pegiat lingkungan seperti dari Greenpeace Indonesia mengajak masyarakat untuk tidak lagi mengkonsumsi air mineral dalam kemasan (AMDK) galon sekali pakai tersebut.

Ajakan tersebut disebabkan karena ditemukannya migrasi mikroplastik dari galon tersebut ke dalam produk airnya.

Baca Juga: Polres Majalengka Gelar Operasi Zebra Lodaya dan Membagikan Sembako

Plastic Researcher Greenpeace Indonesia, Afifa Rahmi Andini, mengungkapkan dari hasil uji yang dilakukan di Laboratrium Kimia Anorganik UI ditemukan bahwa air galon sekali pakai mengandung atau terkontaminasi dengan mikroplastik.

Plastic Researcher Greenpeace Indonesia, Afifa Rahmi Andini. Greenpeace ajak masyarakat tidak konsumsi air mineral dalam kemasan galon sekali pakai, waspada dampak migrasi mikroplastik. /Greenpeace/

Saat itu, sampel air galon sekali pakai diambil dari tiga wilayah yaitu Jakarta, Depok, dan Bogor.

"Mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu sebagian besar berbentuk fragmen dengan ukuran 2,44-63,65 mikrometer," katanya dalam acara webinar “Reuse Revolution For a Better Health and Climate” belum lama ini.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' Selasa 16 November 2021: Aldebaran Bertindak Senyap, Identitas Terbongkar Irvan Kian Tersudut
 
Menurut Afifa, mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu didominasi jenis PET, yaitu polimer pembuat kemasan galon.

Dia mengatakan konsentrasinya memang tidak terlalu besar hanya sekitar 0,2 mg sampai 5 mg per liter.

"Tapi kalau kita lihat jumlah partikelnya sangat banyak. Ada 85-95 juta partikel per liter atau 570 juta – 1.275 juta per galon," ungkapnya.

Baca Juga: Refly Harun: Diduga Langgar UU, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Seharusnya Diberhentikan Selama 3 bulan

Lebih lanjut Afifa mengatakan, migrasi mikroplastik galon sekali pakai ke dalam produk airnya itu berpotensi masuk ke dalam tubuh para konsumen.

Menurut Afifa, dari kuesioner yang disebarkan Greenpeace kepada 38 konsumen galon sekali pakai, diperoleh hasil bahwa rata-rata mereka mengonsumsi air galon sekali pakai sekitar 1,89 liter per hari.

"Setelah kita hitung, dengan konsumsi sebanyak itu, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh konsumen sekitar 0,378 mg -9,45 mg per hari," ujarnya.

Baca Juga: Taylor Swift Merilis All Too Well, Penggemar Mengaitkannya dengan Mantan Jake Gyllenhaal
 
Kadar itu memang masih berada di bawah batas aman dari WHO. Tapi, kata Afifa, WHO juga memberikan catatan bahwa penelitian terkait dampak kesehatan mikroplastik ini masih terus dikembangkan.

"Jadi, WHO juga memberikan early warning atau reminder terhadap penggunaan jangka panjang yang bisa memberikan resiko yang sangat besar," ucapnya.
 
Kalau mikroplastik itu terakumulasi dalam jaringan atau organ tubuh manusia, menurut Afifa, itu bisa memberikan beberapa masalah dalam sistem syaraf dan hormonal.

Baca Juga: Gerhana Bulan Parsial Terpanjang Dalam 580 Tahun Akan Terjadi Pada 19 November 2021

"Tidak hanya itu, mikroplastik dalam tubuh manusia itu juga dikawatirkan dapat menimbulkan resiko ke arah karsinogenik," tuturnya.
 
Karenanya, dia mengajak masyarakat untuk mewaspadai pemakaian air minum galon sekali pakai ini.

"Kalau bisa kita nggak usah mengonsumsi air galon sekali pakai ini," ujarnya.

Baca Juga: Mbah Atmo: Setelah Wabah Corona Akan Ada Perang Senjata Biologis, Perang Iklim, dan Perang Pangan
 
Selain dampak terhadap kesehatan, menurut Afifa, galon sekali pakai ini juga akan menambah masalah baru bagi lingkungan.

"Kondisi sampah plastik kita yang sudah sampai di titik krisis  saat ini, seharusnya jangan ditambah lagi dengan terus berinovasi menciptakan produk-produk plastik sekali pakai yang baru, yang justru akan memperberat masalah sampah plastik kita," katanya.
 
Di acara yang sama, Peneliti Plastik Ecoton, Eka Chlara Budiarti mengutarakan bahwa cemaran mikroplastik dari sampah plastik sekali pakai ini banyak ditemukan di wilayah-wilayah muara sungai. Kondisi ini akan mengkontaminasi ikan-ikan termasuk kerang hijau yang ada di sana.

"Nah, mikroplastik itu otomatis akan masuk ke tubuh para konsumen yang memakannya, yang akhirnya bisa menyebabkan penyakit," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler