Jadi Pedagang Kerupuk Itu Rumit, Harus Kerja di Pabrik Tanpa Upah, Begitulah Nasib Orang Kecil

2 Agustus 2020, 08:50 WIB
MOCHAMAD Idham, pedagang kerupuk keliling.*/PARAMA GHALY/ZONAPRIANGAN.COM /

ZONA PRIANGAN - Bagi sebagian orang, kerupuk menjadi teman makan yang mengasyikan.

Bahkan, ada juga orang yang jadi lahap makannya karena menu yang dihidangkan dibarengi kehadiran kerupuk.

Tapi pernah tidak membayangkan, bagaimana proses kerupuk dibuat, dipasarkan, dan nasib pedagang kelilingnya?

Baca Juga: Honda Super Cub Terbaru Akan Jadi Motor Listrik

Ternyata tidak semudah mengunyah kerupuk, untuk membayangkan itu semua.

Hal pertama yang harus diketahui, bahwa sebagian besar pedagang kerupuk harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pabrik yang memproduksi kerupuk itu.

Para pedagang kerupuk keliling, harus menjadi "pekerja" di pabrik kerupuk.

Baca Juga: Bazoga Tambah Koleksi Dua Ekor Kura-kura Ceper, Pakannya Kepala Ayam dan Kangkung

Kalau mereka bukan pekerja, maka tidak bisa mengulak kerupuk untuk dijajakan keliling.

Anehnya, walau terdaftar sebagai pekerja di pabrik tersebut, mereka tidak menerima gaji.

Rumit memang membayangkannya. Ada pekerja tapi tidak diberi upah.

Baca Juga: Warga Pondok Ranggon Senang Ibadah Kurban Dihadiri Olivia Zalianty dan Trio Macan

Pendapatan tukang kerupuk keliling yang bekerja di pabrik itu, ya hanya dari keuntungan kerupuk yang dijualnya.

Sementara tenaga yang dikeluarkan saat bekerja di pabrik, tidak diperhitungkan.

Seorang pedagang kerupuk keliling, Mochamad Idham mengatakan, kalau dirinya tidak bekerja di pabrik kerupuk, maka sulit untuk bisa mengulak kerupuk dan dijual secara keliling.

Baca Juga: Jersey Liverpool 2020-2021 Menggunakan Bahan Daur Ulang Botol Air Mineral

Pabrik mengeluarkan produksinya hanya untuk para pekerja. Orang luar tidak bisa.

Tapi, lanjut Idham, ada dua jenis pekerja di pabrik kerupuk. Jenis pertama, yakni pekerja yang menerima upah. Sedangkan jenis pekerja berikutnya tidak menerima upah.

Jenis pekerja yang menerima upah, tenaganya dimanfaatkan untuk membuat bahan baku jadi adonan, mencetak adonan, hingga menjemur kerupuk setengah jadi (mentah).

Baca Juga: Ada Bara Antara Viking, The Jack dan Aremania, kalau Sama Bonek Akur

Pekerja yang membuat bahan baku jadi adonan, mencetak adonan, hingga menjemur kerupuk setengah jadi, menerima upah harian.

Masing-masing pekerja akan mendapatkan upah Rp 70.000,00. Sementara Idham, yang masuk jenis kategori pekerja tanpa upah, tugas sehari-harinya "cuma" menggoreng dan mengemas kerupuk dalam kemasan plastik.

Idham mengakui, pekerjaan yang dilakoninya sangat berat. Tapi tidak ada pekerjaan lain yang menjadi pilihannya.

Baca Juga: Satgas Yonif Raider 323/BP Gelar Kompetisi Bola Voli

Bagi dia yang hanya tamatan sekolah dasar (SD) sangat sulit mencari pekerjaan di kota besar, seperti Bandung.

Sudah bisa bekerja di pabrik kerupuk sebagai pedagang keliling, itu bisa menjadi kesempatan yang langka bagi dirinya.

Idham baru bisa berkeliling menjajakan kerupuk dari rumah ke rumah pada siang hari kisaran pukul 12.00.

Baca Juga: Curug Putri Sering Disebut Lokasi Turunnya Dewi Kahyangan

Dia baru kembali lagi ke pabrik pada sore hari sebelum Maghrib, setelah kerupuk yang dijajakannya habis.

Namun tidak setiap hari kerupuk yang dijajakan Idham habis terjual.

Setiap hari, setelah menggoreng, Idham langsung mengemas kerupuk dalam kantong plastik. Setiap satu kemasan plastik diisi dengan 10 biji kerupuk.

Baca Juga: Black Shark 3S Mendapatkan Update Display AMOLED 6,67-Inci

Nah ini yang menyedihkan lagi, untuk pengadaan kemasan plastik itu, Idham mengeluarkan biaya sendiri.

Memang sih harga per satu kemasan plastik tidak seberapa hanya Rp 100,00.

Namun bagi orang sekelas Idham, pengeluaran uang sekecil apa pun sangat berpengaruh terhadap kehidupannya.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir dengan Kebotakan, Coba Gunakan MiRNA

Seusai proses pengemasan kerupuk, Idham baru bisa berdagang keliling.

Dia menggunakan sepeda untuk mengeliling sejumlah kompleks perumahan. Setiap hari dia membawa 100 kemasan kerupuk.

Jumlah tersebut dia tempatkan di tiga bagian belakang sepeda. Tiga puluh kemasan masing-masing ditempatkan di sisi kanan dan kiri boncengan belakang sepeda.

Baca Juga: Argentina, Thailand, dan Malaysia Dihapus dari Kalender MotoGP

Sisanya 40 kemasan disimpan di atas boncengan. Total ada seratus kemasan.

Setiap kemasan yang berisi 10 kerupuk itu, Idham menjualnya dengan harga Rp 4.000,00.

Itu merupakan harga penjualan rata-rata, baik kepada warga langsung, atau warung-warung.

Baca Juga: Ramalan Zodiak: Leo Penuh dengan Cinta, Asmara Aquarius Mengalir Bagai Air

Biasanya warung yang membeli, untuk dijual lagi dengan harga Rp 5.000,0 per kemasan kerupuk.

"Dari harga jual Rp 4.000,00 itu, saya mendapat keuntungan Rp 1.000,00. Jadi kalau rezeki lagi bagus, dan 100 kemasan kerupuk terjual semua, berarti saya bisa mengantongi keuntungan Rp 100.000,00 per hari," tutur Idham.

Tapi kadang ada sisa. Lagi pula pendapatan itu masih kotor, belum untuk makan dan beli kemasan plastik.

Idham menjalani profesi sebagai pedagang kerupuk keliling sudah 12 tahun. Dia berasal dari Kabupaten Garut dan mencari peruntungan di Kota Bandung.

Baca Juga: Oppo Watch Merambah ke Pasar Global dengan Chipset Snapdragon 3100 Wear

Sementara anak istrinya masih tinggal di kampungnya kawasan Banyuresmi, Garut.

Idham tetap semangat mencari rezeki. Setiap hari bangun pagi. Langsung menghadapi panasnya suhu dari penggorengan kerupuk.

Dia menggoreng kerupuk hingga mengembang sempurna. Sementara kita tinggal enak membeli dan menikmati renyahnya kerupuk.

Baca Juga: Facebook Menambahkan Video Musik Resmi di AS

Kita tidak tahu, apakah Idham juga merasakan renyahnya kehidupan ini.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler