Akibat Pandemi Covid-19, Pertumbuhan Ekonomi Garut Turun Tiga Persen

- 20 Juli 2020, 19:25 WIB
Salah seorang petani sayuran di Kampung Baduyut, Desa Hegarsari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut tengah memeriksa sayuran yang ditanam di lahan miliknya, beberapa waktu lalu.
Salah seorang petani sayuran di Kampung Baduyut, Desa Hegarsari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut tengah memeriksa sayuran yang ditanam di lahan miliknya, beberapa waktu lalu. /dok

ZONA PRIANGAN - Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut saat ini mengalami penurunan hingga tiga persen. Hal ini merupakan salah satu dampak dari pandemi Covid-19.

"Saat ini pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut mengalami penurunan hingga tiga persen akibat pandemi Covid-19," ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Garut, Toni Tisna Somantri, Senin (20/7/2020).

Disebutkannya, ada beberapa sektor yang terpengaruh akibat pandemi Covid-19 ini. Namum sektor perdagangan dan industri merupakan yang paling terdampak dibandingkan yang lainnya.
Baca Juga: Tawari Penerima Bansos Untuk Judi Togel, Polisi Tangkap Dua Bandar Judi di Sumedang

Penurunan pertumbuhan ekonomi ini menurut Toni bukan hanya terjadi di Kabupaten Garut.

Di daerah lain di Indonesia bahkan di negara lainpun hal yang sama juga terjadi bahkan banyak yang lebih parah.

Dikatakannya, dengan penurunan tiga persen ini, kondisi pertumbuhan perkonomian Garut masih terbilang cukup baik di tengah masa pandemi Covid-19 seperti ini.
Baca Juga: Peserta dari Pangandaran Dukung Ikrar Satu Desa Satu Hafidz

Di wilayah lain bahkan ada yang sampai minus tapi di Garut tidak separah itu.

"Normalnya Garut di angka lima persen pertumbuhan ekonominya. Angka pertumbuhan ekonomi Garut yang masih di angka tiga persen tersebut karena PDRB (produk domestik regional bruto)- nya didominasi sektor pertanian yang angkanyaemcapai 65 persen," katanya.

Toni menerangkan, meskipun hampir seluruh masyarakat terdampak akibat pandemi Covid-19, akan tetapi masyarakat yang ekonominya sangat terdampak adalah mereka yang bergerak di bidang industri dan perdagangan, baik yang kecil, menengah, maupun yang besar.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Membuat Perajin Sandal Kulit Terpuruk, Kini Mulai Terima Pesanan Lagik

Hal ini juga termasuk pada sektor wisata dimana  masyarakatnya lebih banyak berusaha di bidang perdagangan.

Diungkapkannya, jika mengacu pada situasi wilayah, masyarakat yang paling terdampak adalah mereka yang tinggal di kawasan perkotan.

Sedangkan masyarakat yang ada di pedesaan pada umumnya kondisinya lebih baik dibanding mereka yang tinggal di  perkotaan.
Baca Juga: Usai Main Futsal, Anggota Polisi Mengalami Pengeroyokan

Hal ini dikarenakan sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian masyarakat pedesaan tidak terdampak signifikan.

Masih menurut Toni, kalaupun ada masyarakat pedesaan yang terdampak, hal itu terjadi pada mereka yang bermata pencaharian di bidang perdagangan atau usaha lainnya di wilayah perkotaan.

Mereka akan sangat merasakan kesulitan ekonomi yang merupakan dampak dari pandemi Covid-19.
Baca Juga: Usai Main Futsal, Anggota Polisi Mengalami Pengeroyokan

Lebih jauh Toni menyampaikan, pada masa AKB (adaptasi kebiasaan baru) ini, perekonomian Garut sudah kembali bergeliat.

Sejumlah hotel-hotel di Kabupaten Garut sudah mulai didatangi para pengunjung.

"Hal ini tak terlepas dari kebijakan Pak Bupati yang memutuskan untuk mulai menghidupkan kembali wisata Garut.
Baca Juga: Kerusakan PJU Makin Banyak, Pengaduan Terus Membeludak

Ini tentu sangat besar dampaknya bagi pertumbuhan perekonomian Garut karena banyak sektor yang diuntungkan termasuk sektor perdagangan," ucap Toni.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x