Angka Kelahiran Menurun, Kematian Semakin Banyak, Jepang Mulai Cemas Akan Hilang dari Dunia

- 12 Maret 2023, 22:08 WIB
Para lansia mendominasi populasi di Jepang.*
Para lansia mendominasi populasi di Jepang.* /Pixabay/

ZONA PRIANGAN – Jepang akan “hilang” jika tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengatasi angka kelahiran yang melambat, seorang penasihat senior memperingatkan kepada Perdana Menteri Jepang.

Komentar ini muncul minggu lalu setelah Kementerian Kesehatan Jepang menunjuk bahwa angka kelahiran negara ini mencapai rekor baru terendah, hanya 799.728 kelahiran pada 2022, angka terendah yang tercatat dan pertama kalinya berada di bawah 800.000.

Ini menjadi hal yang mengkhawatirkan setelah berlangsung selama puluhan tahun, dan kini, angka kelahiran sudah hampir setengahnya dari 40 tahun lalu, lebih dari 1,5 juta tercatat pada 1982.

Baca Juga: Hasil Riset di Maryland, Rutin Angkat Berat dan Aerobik Bisa Mengurangi Risiko Kematian Dini pada Lansia

Angka kelahiran negara ini “tidak turun secara berangsur-angsur, tetapi langsung menukik”, kata Masako Mori, seorang penasihat PM Jepang.

Dia menambahkan, “Turun secara menukik ini artinya anak-anak yang lahir ini yang akan berbaur ke dalam masyarakat menjadi terganggu, menyusut dan kehilangan kemampuan fungsinya.”

Di awal Januari 2023, seperti dilansir laman LiveMint.com, PM Fumio Kishida juga mengatakan Jepang “tidak bisa menunggu lebih lama lagi” dalam mengatasi masalah angka kelahirannya yang rendah ini.

Baca Juga: Bocah 14 Tahun Ini Jadi Pahlawan Odessa, Selamatkan Sejumlah Lansia tapi Dia Tewas Terkena Rudal Rusia

Lalu segawat apakah krisis rendahnya angka kelahiran di Jepang ini?

Penurunan dalam kelahiran ini berpadu juga dengan rekor tinggi kematian di Jepang pasca perang, lebih dari 1,58 juta.

Ini berarti kematian telah melebihi kelahiran selama dekade lalu, menciptakan masalah yang terus naik bagi negara dengan ekonomi ketiga terbesar di dunia ini.

Selain itu, angka kesuburan 1,3 jauh di bawah angka 2,1 yang diperlukan untuk mengatur populasi tetap stabil tanpa imigrasi.

Baca Juga: Lansia ini Didenda Berat Karena Memiliki Tank Panther Era Nazi di Garasinya

Lagi pula, negara ini memiliki harapan hidup yang paling tinggi di dunia, satu dari 1.500 orang di Jepang berusia 100 atau lebih pada 2020.

Para pemimpin negara ini kini menghadapi populasi para lansia yang menggembung, sementara tenaga kerja menyusut untuk mendanai para pensiunan dan pelayanan kesehatan saat permintaan meningkat dari populasi para lansia.

Pada Januari lalu, Perdana Menteri Fumio Kishida memperingatkan bahwa Jepang berada “di tepian yang tak bisa mengelola fungsi-fungsi sosial.”

Baca Juga: Horor Menyelimuti Kota Oroville California, Sejumlah Lansia Tewas dengan Luka Gorok di Leher

Untuk mengatasi hal ini, sebuah lembaga pemerintah baru akan dibentuk pada April mendatang, dimana Kishida berniat untuk melipatgandakan belanja pemerintah pada program-program yang berhubungan dengan anak-anak.

Beberapa faktor sosial juga berkontribusi pada angka kelahiran yang rendah ini, termasuk biaya hidup yang tinggi, keterbatasan ruang, dan sedikitnya dukungan perhatian pada anak di berbagai kota, yang membuat sulit bagi pasangan untuk bisa membesarkan anak-anak.

Pada 2022, Jepang tercatat menjadi peringkat satu sebagai tempat paling mahal untuk membesarkan anak, menurut riset dari institusi finansial Jefferies.

Baca Juga: Aktif di Kelompok Pengajian Bisa Membuat Bahagia dan Menghindari Lansia Gampang Pikun

Diperparah oleh sikap-sikap untuk menuju pernikahan dan mulai membangun keluarga telah bergeser, banyak pasangan menundanya akibat pandemi, dan anak-anak mudanya merasa pesimis mengenai masa depannya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Livemint


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x