ZONA PRIANGAN - Apa yang dikhawatirkan Kremlin akhirnya terjadi. Pasukan Rusia dan Pejuang Chechnya baku tembak!
Pasukan Rusia dan Pejuang Chechnya bagaikan api dalam sekam. Mudah terbakar, karena di antara mereka masih memendam kebencian.
Penghancuran Grozny, ibukota Chechnya oleh pasukan Rusia tidak akan dilupakan prajurit Chechen.
Walau mereka kini disatukan oleh Vladimir Putin untuk invasi di Ukraina, bibit perpecahan tetap meletus. Pemicunya rebutan barang jarahan warga Ukraina.
Ada pembagian yang tidak merata atas barang jarahan, sehingga baku tembak di antara mereka terjadi.
Menurut Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina (GUR), baku tembak melibatkan pejuang Chechnya dan pasukan Rusia dari Republik Buryatia.
Lebih dari 100 tentara terlibat baku tembak di Desa Kyselivka, yang berada di wilayah Chornobaivka, Kherson.
Wilayah Kherson telah berada di bawah kendali Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina dari 24 Februari.
Kedua kelompok tentara seharusnya berjuang untuk pihak yang sama. Namun, konflik pecah antara kelompok non-Slavia ketika tentara Distrik Militer Timur Rusia menolak untuk melanjutkan pertempuran.
Baca Juga: Vladimir Putin Turun Tahta, Ukraina Tetap dalam Bahaya, Penggantinya Bisa Jauh Lebih Keras
Pasukan Rusia merasa kesal karena pembagian barang jarahan yang tidak merata. Para pejuang Chechnya telah mengambil sebagian besar barang jarahan yang dicuri dari Ukraina.
Sebuah pernyataan dari GUR berbunyi: "Lebih dari 50 peserta dari masing-masing pihak tercatat dalam insiden malam itu."
"Jumlah pasti yang terluka dan tewas saat ini tidak diketahui," tambah GUR yang dikutip Daily Star.
Baca Juga: Setelah Minyak, Gas, dan Indomie, Perang Rusia-Ukraina Kini Mengganggu Produksi Bir Chernigivske
Analis perang mengatakan bahwa pecahnya perkelahian antara tentara tidak mengejutkan. Mayoritas korban Rusia terdiri dari tentara dari daerah termiskin Rusia dengan hampir tidak ada warga Moskow dan St Petersburg yang bertanggung jawab atas mereka yang tewas dalam aksi.
Banyak dari kematian yang dilaporkan datang dari tentara wilayah Dagestan Kaukasus Utara dan Buryatia di Siberia timur.***