Semua Hasil Jajak Pendapat Jagokan Biden, Tapi Tak Jadi Jaminan Lolos ke Gedung Putih

3 November 2020, 12:51 WIB
Kandidat Presiden AS Joe Biden./joebiden.com /

ZONA PRIANGAN - Hari ini, Selasa 3 November 2020 pukul 07.00 pagi - 19.00 malam waktu setempat atau Selasa malam - Rabu pagi WIB, warga Amerika Serikat memilih untuk menentukan siapa yang akan memimpin negara mereka untuk periode lima tahun ke depan.

Ada dua capres yang akan bersaing untuk merebut kursi nomor satu di Gedung Putih, yakni Donald Trump (74) dari Partai Republik yang juga petahana dan rivalnya, Joe Biden (78) dari Partai Demokrat.

Dilansir BBC, sistem politik AS didominasi hanya oleh dua partai, sehingga siapapun sosok presidennya pasti berasal dari salah satu parpol tersebut.

Baca Juga: Sikap Arogan Berkendara di Jalan Raya, Bisa Dilakukan Siapa Saja, Jangan-jangan Kita Pelakunya!

Partai Republik adalah parpol berhaluan konservatif di AS dan kandidat mereka pada pilpres tahun ini adalah petahana Presiden Donald Trump, yang berharap dapat mempertahankan jabatannya selama empat tahun mendatang.

Adapun Partai Demokrat adalah parpol berhaluan liberal di AS dan kandidat mereka adalah Joe Biden, politisi berpengalaman yang dikenal pernah menjabat sebagai wakil Barack Obama selama delapan tahun.

Kedua kandidat bersaing untuk memenangi suara dari electoral college (dewan pemilih). Setiap negara bagian memiliki jumlah suara electoral college tertentu berdasarkan populasinya. Mengingat ada 538 suara yang diperebutkan, pemenangnya adalah kandidat yang mendulang 270 suara atau lebih.

Baca Juga: Akhirnya Pohon Jati Pereket di Kertajati Dicabut, Ditonton Warga yang Takjub Karena Jati Tak Berakar

Biden jadi presiden terpilih?

Sebenarnya proses pemilihan presiden sudah dilakukan sejak beberapa pekan lalu. Para pemilih menggunakan layanan pos untuk mengirimkan kartu suara yang berisi capres pilihan mereka.

Animo warga menggunakan hak pilih lewat pos begitu tinggi, bahkan mencetak rekor dalam sejarah pilpres AS. Setidaknya, seperti dilansir laman Vox, sehari menjelang pilpres, sudah sekitar 92 juta warga AS mengirimkan kartu suara lewat pos.

Jumlah ini meningkat lima kali lebih besar ketimbang pilpres 2016 lalu. Bisa jadi, pandemi corona membuat banyak warga AS lebih nyaman menggunakan pos untuk "mencoblos" calon presiden mereka.

Baca Juga: Daihatsu Berikan Pelatihan Online 100 Guru SMK se-Jawa Barat, Kenali Key Free dan Hill Start Assist

Berbeda dengan pilpres di negara lainnya, di AS ajang pilpres selalu menjadi perhatian dari banyak negara di dunia. Hal ini bisa dipahami karena AS merupakan negara yang memberikan pengaruh paling terbesar di jagad ini.

Meskipun saat ini pengaruh AS tak sekuat di masa Perang Dingin, status negara pimpinan Donald Trump sebagai penguasa terbesar di dunia, masih bertahan, kendati secara ekonomi AS mulai disalip Cina.

Dilansir laman USA Today, Senin 2 November 2020, pada pilpres kali ini terdapat lebih dari 240 juta warga AS yang tercatat berhak menggunakan hak pilih mereka, termasuk 92 juta orang telah memilih lebih dulu.

Baca Juga: Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha Lengkap dengan Latin dan Artinya, Makin Dekat dengan Allah SWT

Menurut Michael McDonald, seorang profesor di Universitas Florida yang menjalankan Proyek Pemilu AS, para pemilih yang memenuhi syarat termasuk orang-orang yang tinggal di luar negeri, tetapi bukan warga negara atau orang-orang yang dihukum karena melakukan kejahatan.

Lebih lanjut, kata McDonald, ada kemungkinan bahwa lebih dari 150 juta orang akan hadir tahun ini. Itu berarti tingkat partisipasi pemilih yang memenuhi syarat lebih dari 62%.

Sementara hasil sigi dari berbagai lembaga dan juga analisis para pakar, mayoritas menjagokan Biden. Tidak heran, hasil sigi nasional, Biden unggul atas Trump. Hal ini membuat banyak kalangan meyakini bahwa Biden akan menjadi presiden baru AS.

Baca Juga: Berikut ini Daftar iPhone yang Turun Harga, iPhone 11 dan iPhone 11 Pro Max

Hasil sigi Politico menunjukkan Biden akan dengan mudah memenangi pilpres 3 November 2020 ini. Dalam hal ini, mantan wapres AS tersebut diprediksi akan memenangi 279 electoral votes (EV) dari 270 EV yang dibutuhkan. Sementara rivalnya, Trump diprediksi hanya meraih 179 EV.

Data hasil sigi Politico menunjukkan masih ada 67 suara yang diperebutkan di swing states (baca hal 9 Luar Negeri). Andaikan ke-67 suara ini direbut Trump, total suara masih kurang dari 270 EV, jumlah minimal untuk menjadi pemenang pilpres AS 2020.

Sementara Biden sudah mengantongi 279 suara. Jadi, meski Biden kalah di swing states, dia masih akan tetap menjadi pemenang. "Kami pikir pemilihan presiden 2020 condong ke arah Demokrat Joe Biden sebagai favorit"pemenang", demikian komentar Politico terkait prediksi siapa yang akan memenangi pilpres hari ini, 3 November 2020.

Baca Juga: Jelang Liga Champions, 11 Pemain Ajax Amesterdam Terkena Covid-19

Namun, tentu saja angka-angka ini adalah hasil prediksi. Jadi, realitanya bisa berbeda dengan hasil sigi sebagaimana yang terjadi pada pilpres 2016 lalu. Mayoritas hasil sigi menjagokan Clinton, tetapi kenyataannya dia kalah.

Sementara hasil sigi dari lembaga lainnya, seperti CNN, The Economist, FiveThirtyEight, JHK, Princeton Election Consortium, NPR, juga senada dengan hasil yang dirilis Politico. Semua mengunggulkan Biden.

Baca Juga: Jadwal Bola Liga Champions Live SCTV Malam ini: Real Madrid vs Inter Milan

Selama ini sosok Biden memang hampir tak ada cela di hadapan media-media AS. Ini membuat veteran Perang Vietnam itu menjadi media darling, status yang juga disandang Hillary Clinton saat pilpres 2016 lalu.

Namun, apakah Biden akan menjadi pemenang pilpres? Jawabannya, belum tentu. Pasalnya, Clinton meski unggul 3 juta suara atas Trump, dia gagal melaju ke Gedung Putih karena kalah suara di electoral college.***

 

Editor: Didih Hudaya ZP

Tags

Terkini

Terpopuler