Hadiah Pulitzer untuk Jurnalis India, karena Mengungkap Kamp Penahanan China untuk Muslim

- 13 Juni 2021, 09:01 WIB
Karena mengungkap kamp penahanan China untuk Muslim, jurnalis dari India memenangi hadiah Pulitzer.
Karena mengungkap kamp penahanan China untuk Muslim, jurnalis dari India memenangi hadiah Pulitzer. /Pulitzercenter.org

ZONA PRIANGAN - Megha Rajagopalan, seorang jurnalis asal India, bersama dengan dua kontributor telah memenangi Hadiah Pulitzer untuk laporan investigasi inovatif yang mengungkap infrastruktur penjara dan kamp interniran massal yang dibangun secara rahasia oleh China untuk menahan ratusan ribu Muslim di wilayah Xinjiang.

Rajagopalan dari BuzzFeed News adalah salah satu dari dua jurnalis asal India yang memenangi penghargaan jurnalisme top Amerika Serikat pada Jumat, 11 Juni 2021.

Neil Bedi dari Tampa Bay Times menang untuk pemberitaan lokal. Neil Bedi bersama dengan Kathleen McGrory telah dianugerahi hadiah untuk seri yang mengungkap inisiatif Kantor Sheriff yang menggunakan permodelan komputer untuk mengidentifikasi orang yang dicurigai sebagai tersangka kejahatan di masa depan. Sekitar 1.000 orang dipantau di bawah program, termasuk anak-anak.

Baca Juga: 'Ikatan Cinta' 13 Juni 2021: Andin Lebih Berhak Atas Reyna, Pernikahan Elsa-Nino Berantakan karena Ulah Ricky

Neil Bedi adalah reporter investigasi untuk Tampa Bay Times.

"Apa yang ditemukan Kathleen dan Neil di Pasco County memiliki dampak besar pada komunitas," kata Mark Katches, editor eksekutif Times, seperti dikutip ZonaPriangan.com dari NDTV, Sabtu 12 Juni 2021.

"Inilah yang dapat dilakukan jurnalisme investigasi terbaik dan mengapa ini sangat penting," tambahnya.

Baca Juga: Deretan Pesohor Wanita Kelas Dunia yang Jadi Mantan dari Johnny Depp si Don Juan Abad Ini

Serial Xinjiang karya Rajagopalan memenangkan Hadiah Pulitzer dalam kategori Pelaporan Internasional.

Pada 2017, tidak lama setelah China mulai menahan ribuan Muslim di Xinjiang, Rajagopalan adalah orang pertama yang mengunjungi kamp interniran pada saat China menyangkal bahwa tempat-tempat seperti itu ada.

Apa yang dilakukan oleh Rajagopalan ini mengundang reaksi keras dari pemerintah China, mereka mencoba membungkamnya, mencabut visanya dan mengeluarkannya dari negara itu.

Baca Juga: Hadiahkan Al Fatihah untuk Diri Sendiri, Ini Cara Mengamalkannya dan Rasakan Manfaat serta Keutamaannya

Tapi itu tak membuat Rajagopalan patah arang. Ia kemudian bermitra dengan dua kontributor, Alison Killing, seorang arsitek berlisensi yang mengkhususkan diri dalam analisis forensik arsitektur dan citra satelit bangunan, dan Christo Buschek, seorang programmer yang membangun alat yang disesuaikan untuk jurnalis data.

Ketiganya berangkat untuk menganalisis ribuan citra satelit wilayah Xinjiang, wilayah yang lebih luas daripada Alaska, untuk mencoba menjawab pertanyaan sederhana,'Di mana pejabat China menahan sebanyak 1 juta orang Uyghur, Kazakh, dan minoritas Muslim lainnya?'.

Selama berbulan-bulan, ketiganya membandingkan gambar China yang disensor dengan perangkat lunak pemetaan tanpa sensor. Mereka mulai dengan kumpulan data yang sangat besar dari 50.000 lokasi.

Baca Juga: Foto Permukaan Mars dengan Resolusi Tinggi Jadi Viral

Buschek membuat alat khusus untuk menyortir gambar-gambar itu. Kemudian, tim harus memeriksa ribuan gambar satu per satu, memverifikasi banyak situs dengan bukti lain yang tersedia.

Mereka akhirnya mengidentifikasi lebih dari 260 bangunan yang tampaknya merupakan kamp penahanan yang dibentengi. Beberapa situs mampu menampung lebih dari 10.000 orang dan banyak pabrik-pabrik di mana para tahanan dipaksa bekerja.

Pelaporan teknologi yang inovatif, juga disertai dengan jurnalisme kuno "kulit sepatu" yang ekstensif.

Baca Juga: Foto Orangutan Kalimantan Karya Thomas V, Sisihkan 8.000 Peserta Nature TTL Photographer of the Year 2021

Mendapat penghadangan dari China, Rajagopalan malah melakukan perjalanan ke negara tetangganya yakni Kazakhstan, di mana banyak Muslim China mencari perlindungan.

Di sana, Rajagopalan menemukan lebih dari dua lusin orang yang pernah menjadi tahanan di kamp-kamp Xinjiang, memenangkan kepercayaan mereka dan meyakinkan mereka untuk berbagi kisah mimpi buruk mereka dengan dunia.

Hadiah Pulitzer diberikan setiap tahun dalam dua puluh satu kategori. Dalam dua puluh kategori, masing-masing pemenang menerima sertifikat dan hadiah uang tunai sebesar USD 15.000 atau sekitar Rp213 juta. Pemenang dalam kategori layanan publik diberikan medali emas.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x