“Semakin banyak gadis berpendidikan bahkan dari keluarga kaya dan terhormat memasuki polisi dan memiliki gaji dan fasilitas yang sama,” tutur Gulafroz.
Namun, sekarang harapan wanita Afghanistan sirna karena di bawah kekuasaan Taliban, wanita dilarang bekerja.
Bahkan, Gulafroz Ebtekar tidak hanya dilarang bekerja, tapi juga jadi target pencarian Taliban, tulis Daily Star.
Gulafroz Ebtekar akhirnya merencanakan pelarian. Dia berhasil sampai ke kamp pengungsi yang diawasi oleh pasukan AS.
Harapan Gulafroz Ebtekar untuk kabur berantakan, gegara ada serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul.
Pasukan Amerika mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak dapat membantu dan permintaan bantuannya dari kedutaan Rusia juga ditolak.
Ketika dia mencoba kembali ke Bandara Kabul, anggota Taliban menyerangnya, katanya kepada surat kabar Rusia Moskovsky Komsomolets.
“Taliban bertindak seperti ini: pertama mereka memukul, lalu membiarkan Anda bergerak. Anda mengambil satu atau dua langkah, dan ada pukulan lagi," tuturnya.