Sumber itu mengatakan: "Taliban menggali jauh ke dalam situs dewasa yang paling tidak jelas dan sangat tersembunyi untuk menemukan video yang menunjukkan rumah bordil Afghanistan."
Heather Barr, co-direktur untuk hak-hak perempuan di Human Rights Watch, mengatakan dia pertama kali bertemu perempuan di Afghanistan yang menjual seks pada tahun 2012.
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Akan 'Geser Langit dan Bumi' untuk Hindari Penyanderaan oleh Taliban
Para perempuan itu terpaksa menjadi pelacur karena itu merupakan satu-satunya jalan untuk bertahan hidup.
Menurut laporan itu, para pelacur mendapatkan sedikitnya Rp350 ribu setiap kali mereka melayani kliennya.
Heather Barr berkata: "Karena video menunjukkan penanda lokasi yang jelas dari rumah bordil, para wanita ini sekarang dalam bahaya serius."***