Seorang mantan pegawai pemerintah Afghanistan mengatakan kepada Reuters, ada upaya Taliban untuk meminta data yang disimpan di server milik kementerian tempat dia dulu bekerja.
“Jika saya melakukannya, maka mereka akan mendapatkan akses ke data dan komunikasi resmi dari kepemimpinan kementerian sebelumnya,” kata pria itu.
Baca Juga: Rusia Mengakui Kekuasaan Taliban di Afghanistan, Vladimir Putin: Itu Fakta
Menurut Reuters, sekitar dua lusin departemen Pemerintah Afghanistan menggunakan Google untuk menangani korespondensi email resmi.
Badan-badan lain, termasuk kementerian luar negeri dan kantor kepresidenan sendiri, menggunakan perangkat lunak email Microsoft, kata laporan itu.
Microsoft tidak segera menanggapi pertanyaan dari The Post tentang tindakan apa, jika ada, yang diambil perusahaan untuk menjaga data itu dari tangan Taliban.
Baca Juga: Taliban Merapat ke China, Para Diplomat Negeri Komunis Itu Merasa Aman di Kabul
Beberapa hari setelah Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus, YouTube milik Google mengatakan akan "mengakhiri" akun apa pun yang diyakini dioperasikan oleh kelompok ekstremis.
Sebaliknya, Twitter mengatakan akan mengizinkan akun Taliban untuk tetap berada di layanan sementara "secara proaktif" menegakkan aturannya terhadap pemuliaan kekerasan, manipulasi platform, dan spam.***