Orang Terkaya di Ukraina Rinat Akhmetov Berencana Menuntut Ganti Rugi kepada Rusia

- 27 Mei 2022, 13:11 WIB
Pemandangan menunjukkan fasilitas Illich Steel and Iron Works selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 15 April 2022. Gambar diambil dengan drone.
Pemandangan menunjukkan fasilitas Illich Steel and Iron Works selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 15 April 2022. Gambar diambil dengan drone. /REUTERS/Pavel Klimov

ZONA PRIANGAN - Orang terkaya di Ukraina Rinat Akhmetov mengatakan dia berencana untuk menuntut Rusia yang telah membuat kerusakan di Ukraina dengan menuntut kerugian sebesar $17 miliar (sekitar Rp248 triliun) hingga $20 miliar (sekitar Rp292 triliun) yang disebabkan oleh pengeboman pabrik baja miliknya yang hancur di Kota Mariupol.

Pabrik baja Azovstal rusak parah yang diakibatkan oleh pengeboman dan penembakan yang dilakukan oleh militer Rusia, setelah pabrikan yang luas itu dijadikan benteng pertahanan terakhir di wilayah selatan di kota pelabuhan.

Pabrik baja dan besi Illich yang juga dimiliki oleh Akhmetov ini juga mengalami kerusakan yang parah selama berlangsungnya penyerangan yang dilakukan oleh Rusia di Mariupol.

Baca Juga: Ramzan Kadyrov: Kami akan Tunjukkan Apa yang Kami Mampu dalam 6 Detik untuk Menyerang Polandia

"Kami pasti akan menuntut Rusia dan menuntut kompensasi yang layak untuk semua kerugian dan bisnis yang hilang," kata Rinat Akhmetov, yang memiliki produsen baja terbesar di Ukraina yakni Metinvest, mengatakan kepada portal berita Ukraina mrpl.city dalam sebuah wawancara, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

Akhmetov mengungkapkan kerugian yang dideritanya dari Metinvest yang disebabkan oleh kerusakan pada Azovstal dan Illich.

"Biaya penggantian ... karena agresi Rusia adalah dari $17 hingga $20 miliar. Jumlah akhir akan ditentukan dalam gugatan terhadap Rusia," ujarnya.

Baca Juga: Presiden Vladimir Putin Merasa Senang Melihat Beberapa Perusahaan Asing Hengkang dari Negaranya

Miliarder Akhmetov juga mengatakan bahwa kerajaan bisnisnya hancur sebelum perang Rusia-Ukraina yang diakibatkan oleh pertempuran di wilayah timur Ukraina yang berlangsung selama delapan tahun, setelah separatis pro-Rusia mengambil alih wilayah tersebut.

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x