Tren Pakaian Bekas Meningkat di Tengah Krisis Ekonomi yang Melanda Argentina

- 14 November 2023, 10:00 WIB
Orang-orang berbelanja di sebuah toko pakaian bekas di Buenos Aires, Argentina, 14 Mei 2019. Gambar diambil pada 14 Mei 2019.
Orang-orang berbelanja di sebuah toko pakaian bekas di Buenos Aires, Argentina, 14 Mei 2019. Gambar diambil pada 14 Mei 2019. /REUTERS/Agustin Marcarian/File Photo

Argentina selama bertahun-tahun berkutat dengan masalah inflasi tinggi, ekonom mengatributkannya pada pencetakan uang dan kurangnya kepercayaan terhadap peso.

Inflasi telah meningkat dalam setahun terakhir menjadi yang tertinggi sejak 1991.

Baca Juga: YouTube Memperluas Iklan Audio dan Podcast untuk Merek, Saat Berjuang di Tengah Rekor Inflasi Tinggi

Beatriz Lauricio, seorang guru semi-pensiunan berusia 62 tahun, mengatakan bahwa ia dan suaminya, seorang karyawan perusahaan bus, pergi ke pasar pakaian bekas setiap akhir pekan untuk menjual pakaian bekas guna memenuhi kebutuhan hidup.

"Kami kelas menengah, kelas menengah bawah. Kami memiliki pekerjaan, tetapi kami perlu datang ke pasar," katanya, menambahkan bahwa ketika pasar itu ditutup karena cuaca buruk, keuangan pasangan itu menjadi bermasalah.

"Kami tidak melakukannya sebagai sesuatu tambahan kecil agar kami bisa pergi berlibur ke Brasil, kami melakukannya karena kebutuhan harian," kata Lauricio.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo: Tidak Ada Negara Lain yang Sedetail Indonesia Soal Menangani Inflasi

María Silvina Perasso, penyelenggara pasar pakaian di Tigre, di pinggiran Buenos Aires, mengatakan banyak orang berbelanja di sana karena harga-harga naik lebih cepat daripada kenaikan gaji.

Upah minimum bulanan lokal di Argentina adalah 132.000 peso atau sekitar Rp5,9 juta.

"Dengan ekonomi seperti ini, mereka membeli pakaian dengan harga 5% atau 10% dari nilai yang berasal dari toko, dan mereka bisa membeli barang-barang untuk keluarga mereka," katanya.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah