Menurut Hanna Notte, pakar kebijakan luar negeri Rusia yang berbasis di Berlin, Moskow tampaknya telah meninggalkan posisi seimbangnya sebelumnya tentang Timur Tengah dan mengadopsi posisi yang sangat pro-Palestina.
Dengan melakukan semua ini, Rusia sepertinya paham bahwa ia menyelaraskan dirinya dengan kelompok di seluruh Timur Tengah dan bahkan di luar - di Global Selatan, dalam pandangan mereka terhadap isu Palestina yang terus beresonansi," ujarnya.
Baca Juga: Vladimir Putin dan Kehadiran Mediasi Afrika: Solusi untuk Konflik Ukraina?
Putin berusaha memenangkan dukungan dari kelompok-kelompok tersebut dalam upayanya menciptakan tatanan dunia baru yang akan melemahkan pengaruh AS.
Krisis di Gaza, menurut Notte, memberikan kesempatan bagi Rusia untuk mencetak poin di mata opini publik global.
"Standar ganda"
Politisi Rusia dengan tegas mencerminkan apa yang mereka sebut sebagai "kartu putih" yang diberikan Washington kepada Israel untuk membombardir Gaza dengan respons tegas Washington terhadap perang Rusia di Ukraina, di mana Rusia mengklaim tidak sengaja menargetkan warga sipil meskipun ribuan warga sipil tewas.
Baca Juga: Upaya Perdamaian Ukraina: Inisiatif Afrika yang Menarik Perhatian Putin
Senator Alexei Pushkov mengatakan Barat telah terjebak dalam perangkap yang dibuatnya sendiri dengan menunjukkan standar ganda dalam cara menangani berbagai negara tergantung pada preferensi politiknya yang beralasan sendiri.
"Dukungan tanpa syarat Amerika Serikat dan Barat terhadap tindakan Israel telah memberikan pukulan keras terhadap kebijakan luar negeri Barat di mata dunia Arab dan seluruh Global Selatan," tulis Pushkov di Telegram.
Rusia juga melihat krisis ini sebagai kesempatan untuk mencoba meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah dengan menggambarkan dirinya sebagai penengah potensial dengan hubungan ke semua pihak, kata mantan penasihat Kremlin Markov.