Menjaga Mental Anak di Masa Pandemi Covid-19, Begini Solusinya

19 Oktober 2020, 23:17 WIB
Begini solusi menjaga mental anak di masa pandemi Covid-19. /Pixabay/D Dimitrova

ZONA PRIANGAN - Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda berbagai belahan dunia, nyatanya tak hanya menganggu kesehatan fisik semata, tapi juga kesehatan mental.

Perhatian terhadap kesehatan mental bukan hanya penting untuk orang dewasa, namun juga buat anak-anak.

Terlebih, himbauan karantina mandiri dan menjaga jarak (physical distancing) untuk mereduksi penyebaran virus Covid-19.

Baca Juga: Tolak Politisasi ASN, Massa Baris Sambangi Gedung DPRD Indramayu

Akan tetapi, physical distancing dan karantina mandiri juga memiliki dampak negatif terhadap keadaan mental seseorang.

Hal itu lantaran dapat menyebabkan rasa cemas, ketakutan, stres, mudah bosan, mudah marah, frustasi, hingga depresi.

Tak hanya, orang dewasa saja yang rentan terhadap imbas negatif tersebut, namun anak-anak yang dalam masa perkembangan secara emosional juga turut andil merasakan halnya.

Baca Juga: Pelatih Persib Belum Memikirkan Kompetisi 2021, Padahal Kompetisi 2020 Belum Jelas

Hubungan sosial anak-anak menjadi berkurang akibat karantina ini, karena mereka tidak dapat bertemu teman-teman sekolahnya, teman di sekitar rumah, hingga tidak lagi bisa bermain lama-lama di luar rumah.

Akibatnya, anak-anak bisa jadi mudah merajuk, suka mencari perhatian, mudah marah, hingga semakin manja.

Hal itu diakui oleh Suci Megawati. Ibu dari dua orang anak ini, mengaku kesulitan bahkan hingga stress menghadapi situasi seperti ini.

Baca Juga: Optimalisasi Kinerja PPID di Era Keterbukaan Informasi

Pasalnya,  sebagai seorang Ibu Pekerja, Suci mengatakan sekolah daring di masa pandemi ini, membuat orang tua juga harus fokus mendampingi anak saat belajar online.

Terlebih jika hal itu harus dilakukan secara bersamaan.

"Awalnya mah stress banget, karena kan dua anak harus sekolah daring sementara handphone cuma satu. Belum harus ngurusin kerjaan yang juga menggunakan handphone,  belum masak, belum beberes rumah, yah pokoknya mah ribet banget deh," kata Suci seperti dikutip ZonaPriangan.com dari RRI.co.id, Minggu 18 Oktober 2020.

Baca Juga: 6 Ribu Polisi Disiagakan Besok, Antisipasi Demo Sekitar Istana Presiden

Meski demikian, lambat laun, Suci mengatakan, sudah mendapatkan pola serta ritme untuk menjalani kegiatan tersebut secara bersamaan.

"Alhamdulillah sih sekarang sudah bisa ngatur semuanya. Misalnya yang paling besar sekolah daring dulu, kemudian yang kecil. Lalu saya mulai masak setelah itu baru ngurusin kerjaan. Setelah semua beres kemudian anak - anak main berdua dan saya beberes rumah," ujarnya.

Kegiatan belajar hingga bermain yang kerap dilakukan di rumah, tak ayal membuat kedua anak Suci protes.

Baca Juga: Jokowi: Isu Vaksin Jangan Diplintir, Nanti Masyarakat Demo

Hingga akhirnya, ia harus memberikan pengertian kepada kedua buah hatinya tersebut.

"Yah pada nanya, pada protes, kenapa sih kita cuma di rumah aja bubu? Kapan sih kita bisa jalan-jalan lagi? Paling saya kasih pengertian,  kalau nanti virusnya sudah tidak ada baru kita jalan - jalan lagi ya, kita main di luar lagi. Pokoknya sudah banyak planning deh anak - anak," tutur Suci.

Hannah, anak perempuan berusia 4 tahun juga sering mengaku bosan kepada ibunya saat harus diam dirumah saja.

Baca Juga: Seorang Wanita Menceritakan Kembali Pengalaman Mendekati Kematian

Hannah yang sudah bersekolah TK A ini mengatakan ingin bersekolah di sekolahnya langsung dan bertemu dengan teman - temannya.

"Bosan ibu, kakak (red. Hannah) mau sekolah,  ketemu sama teman - teman kakak. Mau main. Kata Ibu ngga boleh keluar dulu karena ada virus (red. corona)," kata Hannah.

Selain menjaga anak dari resiko terpapar Covid-19, orang tua juga harus menjaga anak agar terhindar dari stress di masa pandemi ini.

Baca Juga: Angka Penderita HIV AIDS di Majalengka Meningkat, Sejak 2001 hingga Agustus 2020 Mencapai 510 Kasus

Psikolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Natris Indriyani mengatakan, orang tua harus terus melakukan interaksi serta menciptakan suasana kondusif guna meminimalisir tekanan yang dihadapi anak.

"Orang tua harus menciptakan suasana yang kondusif serta tetap tenang dan melakukan komunikasi serta interaksi dengan anak - anak kita," kata Natris.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi. Pria yang akrab disapa Kak Seto ini berharap, orang tua tetap tenang serta dapat menjaga emosinya. Selain itu, anak - anakpun merasa dihargai.

Baca Juga: Inilah Cara Ampuh Mengusir Laba-laba dari Rumah

"Yang paling penting itu,  orang tua harus tetap tenang dan jaga emosi kita, tetap berpikiran positif serta jangan bosan untuk berdialog dengan putra putri kita, sehingga anak - anak merasa dihargai dan didengar apa yang dia rasakan," ujar Kak Seto.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun mengeluarkan rekomendasi cara mencegah stress pada anak di masa pandemi covid-19 ini.

Ketua IDAI, Aman Bhakti Pulungan mengatakan, beberapa point dalam rekomendasi itu antara lain orang tua harus menjadi role model dalam menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker,  mencuci tangan dan menjaga jarak (3M).

Baca Juga: Bek Persib Bandung Ardi Idrus Iri Melihat Negara Lain Melanjutkan Kompetisi di Tengah Pandemi

Sementara itu, dilansir dari laman Weill Cornell Medicine, kendati belum ada penelitian yang komprehensif mengenai efek karantina dan physical distancing terhadap kesehatan mental anak, menjaga dan memperhatikan keadaan psikologis mereka sejak dini tetap penting dilakukan.***

Editor: Yurri Erfansyah

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler