Covid-19 Mengganas, Menyerang 110 Pesantren dan Mengakibatkan 207 Kiai Meninggal

13 Desember 2020, 10:05 WIB
SEJUMLAH santri mengusung jenazah kiai.* /PORTAL BREBES/

ZONA PRIANGAN - Keganasan Covid-19 tidak pandang bulu, virus yang pertama kali muncul di Wuhan Cina itu, sudah banyak meminta korban dari kalangan pesantren.

Akibat serangan virus corona, tercatat ada 207 kiai dan nyai yang mengajar di pesantren akhirnya meninggal dunia.

Kematian kiai dan nyai ini menjadi kehilangan besar bagi pemerintah, karena selama ini mereka turut mencetak generasi tangguh dan bertakwa.

Pesantrean yang berada dalam naungan Nahdlatul Ulama (NU) pun mendesak pemerintah agar secepatanya mmemberikan solusi.

Baca Juga: Cina Tak Gentar Hadapi AS, Laut Natuna Utara Memanas, PLA Navy Tembaki Armada Perang US Navy

Artikel ini sebelumnya sudah tayang di cirebonraya.com dengan judul "INNALILLAHI....-207 Kiai-Nyai Wafat Diduga Kuat Akibat Covid-19".

Sebab, Covid-19 jika tidak secepatnya ditangani serius maka akan timbul korban baru, sementara sudah ada 110 pesantren yang keluarga besarnya tertimpa Covid-19.

"Negara harus hadir secara terpadu untuk mengatasi pandemi Covid-19,“ ujar Ketua Umum pimpinan pusat asosiasi pesantren NU atau Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin.

Baca Juga: Kebangkitan Komunis Menguat, Mulai Tercium Masuk Dalam Urusan Militer

Menurut Gus Rozin sapaan KH Abdul Ghaffar Rozin, wafatnya para guru di pesantren tersebut menjadi sebuah kehilangan yang sangat besar. Sekaligus juga ancaman serius bagi kalangan pesantren pada umumnya.

Menurut dia, di tengah amukan badai pandemi Covid-19 ini, RMI PBNU melihat negara belum hadir secara optimal.

Setidaknya, hal itu terlihat dari tidak optimalnya kordinasi antardinas atau kementerian terkait penanganan Covid-19 di pesantren, dan terbatasnya informasi dan edukasi tentang Covid-19 bagi pesantren.

Baca Juga: Ibu-ibu Jangan Minta Cerai, Sesungguhnya Suami Bisa Dijadikan Tameng dari Api Neraka

Selain itu, menurut dia, komunikasi publik selama ini juga tidak berpihak kepada pesantren, khususnya jika ada klaster pesantren dan di beberapa daerah, pesantren sulit mengakses tes swab dan PCR.

"Mengingat pesantren adalah asset penting bangsa Indonesia, maka RMI PBNU meminta negara untuk hadir secara lebih serius dengan pola penanganan terpadu," tegasnya.

Gus Rozin berharap, Kementerian Kesehatan dapat menjadi lokomotif dengan menggandeng Kementerian Agama, pemerintah daerah setempat dan ulama atau lembaga keagamaan yang otoritatif.

Baca Juga: Ki Joko Bodo Menderita Penyakit Aneh, Berhenti Tekuni Ilmu Gaib, Takut Kena Azab

Menurut dia, RMI sendiri siap menjadi partner strategis terutama terkait koordinasi dan komunikasi dengan pesantren.*** (Ayas Gifari/CirebonRaya.com)

Editor: Parama Ghaly

Sumber: cirebonraya.com

Tags

Terkini

Terpopuler