Perahu Gerek Menjadi Andalan Warga Jatitujuh untuk Menyebrang

- 6 November 2022, 21:20 WIB
Perahu Gerek sebagi alat transportasi warga di Jatitujuh.
Perahu Gerek sebagi alat transportasi warga di Jatitujuh. /Zonapriangan.com/Rachmat iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Perahu gerek adalah alat transportasi yang sangat membantu warga Blok Bojongroreng, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh sebagai sarana penyeberangan ketika harus bepergian ke desa, juga warga sekitar desa tersebut.

Jarak tempuh dari Bojongroreng ke ibu kota desa mereka lumayan jauh berjarak sekitar 3 km jika ditempuh dengan menggunakan perahu, dan 7 km dengan jalan darat karena harus memutar arah ke Desa Jatitujuh dan Desa Randegan Kulon.

Makanya menurut sejumlah warga Blok Bojongroreng dan warga lainnya mereka lebih memilih menggunakan perahu ketika harus bepergian walaupun kadang beresiko manakala hujan deras dan air sungai Cimanuk meluap.

Baca Juga: Berakhir hingga 23 Desember 2022, Denda yang Telat Bayar Pajak Kendaraan Dibebaskan

Ukuran perahu yang melintasi sungai Cimanuk tersebut sangat kecil sekitar 4 X 3 meteran.

Cukup untuk menampung 3 sepeda motor dan 5 atau enam orang. Jika jumlah penumpang banyak maka harus menyeberang secara bergantian.

Bagi pengguna sepeda motor yang baru pertama kali menyeberangi sungai dengan perahu, akan sedikit mengalami kesulitan saat menaikans epeda motor ke perahu karena harus melintasi jembatan kecil yang kondisinya sedikit bergoyang akibat gravitasi sungai.

Baca Juga: Massa Papua Geruduk Kejagung, Tuntut Ungkap Kasus Dugaan Korupsi Pesawat dan Heli di Mimika

Berbeda dengan warga setempat yang nampak dengan mudah mengendarai sepeda motornya. belum lagi ketika harus mengerem saat masuk ke perahu karena di perahu tidak ada pembatas, posisinya benar-benar terbuka. Salah mengerem bisa langsung masuk ke sungai.

Begitu turun dari perahu juga langsung disuguhi jalan setapak yang menanjak dengan lebar hanya sekitar 1,5 meteran.

Makanya kendaraan tidak bisa berpapasan, salah satu harus mengalah menyampingkan sepeda motornya ke tebing ketika ada kendaraan yang turun atau menanjanjak.

Baca Juga: Sejumlah Batu Besar Berjatuhan dari Tebing Cadas Pangeran, Lalu Lintas Macet Total Dua Mobil Rusak Parah

Perahu dioperasikan oleh satu orang operator, cara melajunya bukan dengan mesin diesel melainkan menggunakan kabel baja berukuran besar yang dibentangkan dari ujung ke ujung.

Perahu dikendalikan menggunakan tali dan operator terus menarik kabel dengankendali besi berukuran sekitar 40 cm.

Menurut keterangan tokoh pemuda Desa Putridalem Yahya Sunarya, alat penyeberangan perahu tersebut telah ada sejak jaman dulu, entah berapa puluh tahun lalu. Perahu dimiliki oleh pribadi sehingga masyarakat ketika menyeberangi sungai dengan perahu harus membayar sebesar Rp 2.000. Ongkos yang diangga murah dibanding harus menempuh jarak yang cukup jauh.

Mereka yang menggunakan perahu bukan hanya warga Putridalem atau Blok Bojongroreng ayang akan bepergian ke desa namun juga warga lain seperti warga Desa Randegan karena Desa Randegan berbatasan dengan Desa Putridalem serta sejumlah wargta desa lain yang ingin memperpendek jarak tempuh.

Baca Juga: Mengenal Beragam Jenis Mangga Lokal di Majalengka

Bahkan katanya warga Indramayu yang mengendarai sepeda motor dan ingin bepergian ke Kadipaten atau Jatiwangi biasa memanfaatkan perahu tersebut.

“Setiap harinya cukup ramai. Ketika ramai bisa 24 jam beroperasi. Hanya kalau hari-hari biasa baru beroperasi mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Kalau ada yang darurat dan operator sudah pulang kadang dipanggil,” kata yahya.

Nana Waskana adalah salah seorang warga yang baisa memanfaatkan perahu tersebut ketika harus pulang ke Desa Sumberkulon. Menurutnya jarak tempuh lebih pendek sehingga bisa pulang atau pergi lebih cepat.

“Hujan dengan air meluap juga masih bisa menyeberang karena kendali bukan mesin, sedikit resiko untuk hanyut. Kecuali terjadi petir baru khawatir karena tempat terbuka,” ungkap Nana.

Baca Juga: BMKG: Waspada Curah Hujan pada Oktober hingga Desember 2022 Berkategori Tinggi

Seorang operator Dede menyebutkan, pekerjaan membawa perahu telah dilakukannya selama beberapa tahun. Penyeberang hanya seorangpun harus dilakukan berbeda dengan angkutan lain yang harus menunggu penumpang penuh.

“Seorang penumpang juga harus diseberangkan, bayarannya tetap Rp 2.000 tidak ada tambahan,” katanya.

Dia tidak menyebutkan berapa perolehan setiap harinya dari menyeberangkan dengan tarif Rp 2.000 tersebut. Alasanya setiap hari jumlah penumpang tidak selalau sama, sehingga pendapatan tergantung jumlah penumpang.

“tergantung rijki saja,” katanya yang tak pernah khawatir ketika air deras.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x