Ini puisi yang dibacakan Ahmad di depan H. Cucun dan para petani di Kecamatan Kertasari tersebut.
Jeritan Kaum Tertindas Dibawah Kaki Para Penguasa
Baca Juga: Sekolah Libur Panjang, Pelaku Usaha Jasa Antar Jemput Siswa Kini Menderita
Kami berteriak tetapi tidak ada telinga yang mendengar
Kami merintih dalam tangisan hingga kehabisan air mata
Kami berjuang tetapi keutuhan telah disobek sobek
Suara kami hanyut ditelan konglomerat dan perusahaan raksasa
Air mata kami ditelan belantara kekuasaan rezim ini
Tangan kami tergilas ekonomi buldoser pembangunan
Baca Juga: Miliki Bakat Menyanyi, Ikuti Audisi Pop Academy
Berteriak mempertahankan hak atas tanah bangsa
Tetapi itu disebut anti pembangunan dan separatis
Menangis membela hidup disebut pengacau negara
Berjuang mempertahankan tumpah darah kami, itu katanya musuh negara
Kuburan leluhur, kampung, adat, binatang dan tanaman
Baca Juga: Menyapa Bintang Sinetron, Punya Kesempatan Raih Hadiah Ratusan Juta
Sumber alam dan hutan kami dicaplok oleh penguasa kapitalis dan penguasa bersenjata
Kami tergusur, terhimpit dan merana
Kami terbuang di kampung halaman dan tanah leluhur kami sendiri
Kami menjadi pengemis di atas kekayaan dan dari para pencuri, perampok dan pembunuh
Kami menjadi tak berdaya
Baca Juga: Pemirsa Bisa Adu Akting dengan Pemain Sinetron Samudra Cinta
Inikah takdir hidup kami
Semuanya hanya dia sang maha kuasa,
Alam bangsa negri dan moyang negri ini tahu
Kepadanya kami serahkan.***