ZONA PRIANGAN - Rusia menawarkan paket wisata aneh. Turis bisa berkunjung ke Mariupol Ukraina, melihat gedung-gedung yang hancur dibom.
Paket wisata aneh itu ditawarkan, setelah pasukan Vladimir Putin telah menguasai Mariupol sepenuhnya, ketika Batalyon Azov menyerah.
Salah satu atraksi wisata yang disebut 'sakit', yakni berkunjung ke gedung Teater Drama Regional Donetsk di Mariupol.
Baca Juga: Petinju Ukraina Peraih Medali Emas Tewas Terkena Serangan Pasukan Vladimir Putin di Cherkasy
Seperti diketahui di gedung Teater Drama Mariupol, ratusan warga sipil tewas setelah prajurit Kremlin melakukan pengeboman.
Ada 1.000 warga sipil yang berlindung di tempat itu ketika tentara Moskow secara brutal meluncurkan rudal-rudal mematikan.
Sebuah video yang diposting oleh Olena Halushka dari organisasi anti-korupsi Ukraina AntAC menunjukkan para turis berjalan melalui reruntuhan Gedung Teater Mariupol.
Beberapa turis yang terlihat dalam video Olena Halushka terdengar mengeluh dalam bahasa Rusia tentang "bau mayat".
Anehnya, 'paket wisata sakit' itu berhasil menarik sejumlah turis, sehingga bisa menjadi alat propaganda kemenangan Vladimir Putin.
"Satu-satunya kata untuk menggambarkan apa yang terjadi hari ini adalah genosida, genosida bangsa kita, rakyat Ukraina kita," kata wali kota Mariupol, Vadym Boychenko yang dikutip Daily Star.
Setelah angka korban yang mengejutkan muncul, Rusia awalnya mengklaim bahwa teater itu dibom karena digunakan sebagai pangkalan oleh militer Ukraina.
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa angkatan bersenjata Rusia “tidak membom kota-kota besar”.
Penjelasan resmi kedua dari Rusia menuduh bahwa Batalyon Azov yang terkenal di Ukraina telah dengan sengaja menghancurkan gedung itu dalam apa yang disebut serangan “bendera palsu”.
Kedua klaim ini terlambat dibantah oleh pemeriksa fakta. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menggambarkan serangan Rusia itu sebagai "kejahatan perang".
Menteri Pemerintah Inggris untuk Eropa, James Cleverly, mengatakan serangan itu "tampaknya menargetkan spesifik" sebuah bangunan sipil dan dengan demikian merupakan "pelanggaran hukum internasional yang terbukti dengan sendirinya".
Pada 11 Mei, Vadym Boichenko mengatakan kepada wartawan bahwa lebih dari 21.000 warga sipil telah tewas dalam pemboman Rusia di Kota Mariupol.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sejak itu mengklaim bahwa kota itu sepenuhnya berada di bawah kendali pasukan Rusia.***