Sudah Merasakan Goyangan hingga Menjerit-jerit, Kok Bayarnya Cuma Rp 2.000,00

- 8 Agustus 2020, 10:58 WIB
JEMBATAN penghubung Kampung Cibogo, Desa Pangauban, Batujajar dengan Kampung Mariuk, Desa Girimukti, Saguling Kabupaten Bandung Barat sekarang jadi lokasi wisata.*/PARAMA GHALY/ZONA PRIANGAN.COM
JEMBATAN penghubung Kampung Cibogo, Desa Pangauban, Batujajar dengan Kampung Mariuk, Desa Girimukti, Saguling Kabupaten Bandung Barat sekarang jadi lokasi wisata.*/PARAMA GHALY/ZONA PRIANGAN.COM /

ZONA PRIANGAN - Mau menikmati sensasi digoyang? Cobain deh dengan biaya murah, cukup mengeluarkan uang Rp 2.000,00. Pasti banyak yang histeris.

Utamanya ibu-ibu, sering kali menjerit-jerit tanpa rasa malu kalau sudah merasakan goyangan itu.

Sensasi goyangan itu bisa dirasakan di jembatan penghubung Kampung Cibogo, Desa Pangauban, Batujajar dengan Kampung Mariuk, Desa Girimukti, Saguling Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga: Memasuki Akhir Pekan, Harga Emas Masih Merangkak Naik

Jembatan sepanjang 425 meter itu cukup unik, seperti tidak permanen dan selalu bergoyong jika ada orang yang melintas.

Kenapa demikian? Ini karena jembatan yang melintasi Waduk Saguling itu ketinggiannya bisa berubah-ubah.

Ketinggiannya mengikuti permukaan air Waduk Saguling. Kalau ketinggian air Waduk Saguling naik maka jembatan penghubung itu ikut meninggi.

Baca Juga: Sekolah Libur Panjang, Pelaku Usaha Jasa Antar Jemput Siswa Kini Menderita

Selain itu, Jembatan Saguling ini selalu bergoyang-goyang. Apalagi kalau ada yang melintas.

Saat pejalan kaki atau pengendara motor melewati jembatan itu, maka goyangan yang terjadi makin terasa.

Kalau dilihat lebih detail, ternyata jembatan yang bermaterikan kayu mahoni itu, fondasinya/penyangga di bawahnya tidak menggunakan cor beton atau tiang pancang besi.

Baca Juga: Pemirsa Bisa Adu Akting dengan Pemain Sinetron Samudra Cinta

Jembatan itu hanya mengandalkan, drum-drum plastik yang besar yang terapung di permukaan Waduk Saguling.

Karena penyangganya berupa drum yang terapung, keruan saja ketinggian jembatan itu bisa berubah-ubah, di samping selalu bergoyang.

Walau begitu, Jembatan Saguling cukup teruji kekuatannya dan keamanannya.

Baca Juga: Saling Lempar Batu dan Kayu, Dua Kelompok Warga Cipinang Muara Bentrok , 2 Orang Terluka

Semula jembatan ini dibangun untuk keperluan lintas batas kampung saja. Warga dua kampung yang sebelumnya harus memutar, kini terbantu lebih singkat dengan melintas jembatan itu.

Cuma, jembatan ini dikhususkan untuk pejalan kaki dengan pengendara motor. Sedangkan mobil tidak diperkenankan.

Seiring cerita dari mulut ke mulut, keunikan Jembatan Saguling pun akhirnya menyebar luas.

Baca Juga: Gagal Menikah Justru Malah Masuk Bui, Pria di Cirebon Nekat Cabuli dan Setubuhi Calon Anak Tirinya

Banyak orang yang penasaran ingin tahu dan mencoba melintasi jembatan tersebut.
Kini, lokasi jembatan tersebut jadi ramai dan cukup menarik sebagai kawasan destinasi wisata.

Bukan warga dua kampung yang berseberangan saja yang melintas jembatan itu. Banyak pengunjung dari luar kota, berbondong-bondong untuk menjajal sensasi yang ada di Jembatan Saguling.

Melihat perkembangan yang terjadi, warga setempat pun akhirnya memanfaatkan sebagai peluang bisnis.

Baca Juga: TikTok Akhirnya Mengikuti Perintah Eksekutif Administrasi Amerika Serikat

Di sisi kanan dan kiri sepanjang jembatan itu, kini dibangun kedai-kedai terapung yang menawarkan kuliner khas daerah setempat.

Sebagian lainnya, membuka usaha jasa penyewaan perahu motor, untuk berkeliling Waduk Saguling dengan titik jemput di kedai-kedai tersebut.

"Tahu ada jembatan apung ini berawal waktu jalan-jalan dengan komunitas sepeda ke daerah Batujajar. Ternyata ada jalan pintas dengan melewati jembatan ini, walau sedikit ada goyang-goyang. Menarik juga suasana di sini. Dari situ, saya pun mengajak teman-teman unuk menikmati sensasi jembatan apung," kata Gandara yang hobi naik sepeda.

Baca Juga: Unik, Polisi Sempat Kesulitan Menangkap Pelaku yang Sembunyi di Pohon Kelapa Selama 12 Jam

Hal yang sama dilakukan Dendi yang mengajak keluarganya untuk menikmati kuliner yang tersedia di kedai samping jembatan apung.

Kedai-kedai itu berada di tengah jembatan. Jadi pengunjung harus melintas jembatan apung itu dulu, baru di tengah perjalanan bisa istirahat sambil memesan makanan/minuman.

"Seru juga melintasi jembatan ini. Beberapa kali goyang walau air di Waduk Saguling tidak bergelombang. Utamanya saat berpapasan dengan pengendara motor. Mungkin pengaruh berat motor yang bergerak, jembatan ini jadi bergoyang," tutur Herpi.

Baca Juga: KPK Lakukan Analisa Keterangan Saksi-saksi Dugaan Korupsi di Banjar

Cuma, pengunjung yang datang berombongan dan menggunakan mobil, mengeluhkan tidak ada tempat parkir yang leluasa.

Kalau dari arah Batujajar, kendaraan harus melewati jalan perkampungan, sebelum akhirnya menyempit di ujung jembatan.

Mobil memang agak susah parkir di sana dan hanya bisa dititipkan ke rumah-rumah warga setempat.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Anggaran Rp 26 Triliun untuk Pilkada Serentak 2020

Sensasi melintas jembatan apung itu sebenarnya dimulai di ujung jembbatan. Pasalnya, dari titik penyeberangan, struktur jembatan agak menurun.

Pejalan kaki yang tak terbiasa, bisa jadi keluar rasa khawatir. Selain harus menurun, jembatan juga selalu bergoyang.

Biasanya di ujung jembatan ada petugas yang mengatur. Ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Apalagi jika lalu lintas pengendara motor yang menyeberang jumlahnya banyak.

Baca Juga: Desa Ujungjaya, Sukaratu, dan Citali Jadi Percontohan Digitalisasi UKM

Petugas sering mengingatkan agar pejalan kaki minggir dulu jika ada pengendara motor yang akan turun dan melintasi jembatan. Namun banyak juga pejalan kaki yang bandel, malah asyik selfie di atas jembatan dengan latar belakang Waduk Saguling.

Utuk melintasi jembatan ini, semua penyeberang dikenakan tarif. Bagi pengendara motor harus membayar Rp 5.000,00.

Sedangkan pejalan kaki cukup membayar Rp 2.000. Pejalan kaki dan pengendara motor dipungut biaya pas tiba di tengah jembatan dan di sana ada pos penjagaan.

Baca Juga: Peduli Buruh, Kadin Bagikan Ratusan Paket Sembako

Selain bisa menikmati kuliner di tengah perjalanan saat melintas jembatan apung, pengunjung pun bisa melakukan aktivitas memancing.

Justru anggota komunitas memancing saat ini banyak melakukan perburuan ikan di sekitar jembatan itu.

Sayang keindahan Waduk Saguling di sekitar lokasi jembatan apung mulai tertutup dengan banyak tumbuhan eceng gondok.

Baca Juga: Tri Arto Subagio: Saya Jawa tapi Diterima di Mayoritas Sunda

Air permukaan Waduk Saguling jadi terlihat hijau dengan daun-daun eceng gondok. Tumbuhan tersebut tampaknya dibudidayakan warga setempat, karena sering terlihat aktivitas memanen.

Selain tumbuhan eceng gondok, banyak juga warga yang membuat kolam jaring apung (KJA). Biasnaya ikan yang dipelihara di KJA, langsung untuk memasok kedai-kedai yang ada di sekitar jembatan apung.

Banyaknya KJA dan dan tumbuhan eceng gondok, kadang mengganggu aktivitas penyewaaan perahu motor yang sering dipergunakan wisatawan berkeliling Waduk Saguling.

Baca Juga: Polres Ciamis Gelar Apel Sertijab Kepala Satuan Reserse Kriminal

Pengemudi perahu motor harus hati-hati agar tidak membentur KJA. Namun sering juga kejadian, perahu harus dimatikan dulu dalam perjalanan karena baling-balingnya menyangkut tumbuhan ecek gondok.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x