Prihatin Banyak Perusahaan Padat Karya Tumbang, Apindo Jabar: Pengelolaan harus Multi Helix dan Profesional

11 Desember 2023, 08:10 WIB
Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik. Prihatin banyak perusahaan padat karya tumbang, Apindo Jabar: Pengelolaan harus multi helix dan profesional. /dok. Apindo Jabar/

ZONA PRIANGAN - Asosisasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat prihatin dengan banyaknya perusahaan yang tumbang di Jabar.

Seperti belakangan ini banyak sekali video viral yang sangat kontradiktif. Diantaranya video kesedihan ribuan karyawan perusahaan yang telah bekerja bertahun-tahun dan terkena lay off atau pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan tutup.

Perusahaan-perusahaan yang tutup itu rata-rata perusahaan padat karya yang tentu saja berjumlah ribuan karyawan per perusahaan, bukan lagi ratusan. Sementara video lainnya adalah adanya demo pekerja yang menuntut upah naik diatas PP 51/2023. Kedua video tersebut berseliweran silih berganti.

Baca Juga: SK Gubernur Sesuai Aturan, Apindo Jabar Minta Pengusaha Dukung Dunia Usaha, Investasi dan Hentikan Relokasi

Terkait hal itu, Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik, mengatakan, potensi Jabar luar biasa, dengan pengelolaan secara kerjasama multi helix dan profesional, tidak hanya Jabar Juara, tetapi Jabar Hebat, Jabar Luar Biasa, Jabar Berkah akan mampu dicapai dan secara sustain bisa dipertahankan.

"Memang Jabar memiliki realisasi investasi tertinggi dibanding provinsi lain dengan nilai investasi Rp174,58 triliun atau sekitar 14,46 % dari total investasi nasional di tahun 2022," ujarnya di Bandung, Minggu 10 Desember 2023.

Lebih lanjut Ning menjelaskan, terjadi penurunan daya serap tenaga kerja untuk per Rp1 triliun investasi dibanding beberapa tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh investor masuk ini lebih banyak padat modal dengan tehnologi digital dan otomation.

Baca Juga: Sikapi Penetapan UMP Jabar 2024, Apindo Tak Melarang Buruh Demo dan Mogok Tapi Upayakan Dialog dan Musyawarah

"Seiring waktu memang mau tidak mau Jabar harus bertransformasi ke industri padat modal, digital dan teknologi tinggi namun untuk saat ini, dengan kualitas pekerja dan pencari kerja dengan latar belakang paling tinggi jumlahnya adalah lulusan SD, diikuti SMA/K, SMP, dan Perguruan Tinggi, maka dalam masa transformasi ini, industri padat karya masih sangat dibutuhkan," paparnya.

Menurut Ning, industri padat karya sendiri memiliki persaingan yang luar biasa, bukan saja antar negara bahkan antar propinsi, utamanya terkait upah. Dengan melemahnya pasar, dan persaingan ketat, maka buyer memilih produsen dengan biaya termurah atau yang paling kompetitif.

"Di Jabar sendiri industri-industri padat karya banyak yang adanya di kota atau kabupaten dengan upah yang relatif tinggi. Sehingga hal tersebut yang memicu banyaknya relokasi ke daerah lain dengan upah yang lebih kompetitif dengan infrastruktur yang juga menunjang sehingga mengurangi biaya produksi. Misalnya ke daerah Jateng," ungkap Ning.

Baca Juga: Tanggapi Terbitnya PP 51 Tahun 2023 tentang Pengupahan, Apindo Yakin Investor akan Tanam Modal di Jabar

Sementara itu, lanjut Ning, perusahaan yang tidak sanggup bertahan, mereka tutup permanen. Seperti beberapa perusahaan yang tutup atau relokasi di tahun 2023, diantaranya PT. Dean Shoes di Karawang (Alas Kaki), PT. Besco Indonesia di Karawang (Alas Kaki), PT. Manito World Garment Kabupaten Sukabumi, PT. Eins Trend Garment di Purwakarta, dan PT. Simone Accessary Collection (Cicadas) Garment di Bogor.

Ning pun berharap, pembangunan yang sudah sangat baik dilakukan Presiden RI di Jabar sekarang, bisa dilakukan pemerataan di daerah yang secara upah masih kompetitif, sehingga pengusaha tidak melakukan relokasi keluar Jabar.

"Saya harap para kepala daerah di Jabar paham betul situasi ini sehingga bisa kolaborasi dengan para stakeholders untuk bisa meyakinkan pengusaha tidak relokasi. Kalau ini yang terjadi, pemerintah dirugikan, pekerja dirugikan juga pengusaha menanggung banyak kesulitan. Saya lebih menekankan diciptakannya kondusivitas dunia usaha, misalnya termasuk di dalamnya kepastian dan ketaatan hukum terkait pengupahan," ujarnya.

Disatu sisi, lanjut Ning, memang harus mulai fokus juga pada pariwisata dan ekonomi kreatif dan UMKM. Namun semua butuh proses, dan belum mampu menyerap tenaga kerja yang di lay off oleh industri padat karya.

"Begitu juga fokus pada pengembangan SDM, sehingga nantinya mampu bekerja di sektor industri dengan sistem digital dan teknologi tinggi, yang sekarang sudah mulai masuk di Jabar," jelasnya.

Menurut Ning, Apindo siap membantu pemerintah melakukan mapping kebutuhan SDM di industri-industri yang berinvestasi di Jabar.

"Potensi Jabar luar biasa besar, namun harus dikelola dengan baik, melalui kerjasama multi helix sehingga bisa meraih tujuan sesuai harapan, menuju Jabar juara, Jabar berkah, Jabar hebat, dan Jabar luar biasa," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler