Dokumen Bocor: Serbia Setuju Kirim Senjata ke Ukraina Meski Menolak Sanksi Rusia

12 April 2023, 15:04 WIB
Seorang anggota pasukan Ukraina terlihat di parit pada posisi di garis depan, saat serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, di dekat kota Bakhmut, Ukraina, 10 April 2023. /REUTERS/Oleksandr Klymenko/File Photo

ZONA PRIANGAN - Serbia, satu-satunya negara di Eropa yang menolak memberlakukan sanksi terhadap Rusia karena invasinya di Ukraina, setuju untuk memasok senjata ke Kyiv atau bahkan mungkin sudah mengirimkannya, menurut dokumen rahasia dari Pentagon.

Dokumen tersebut berupa ringkasan tanggapan pemerintah Eropa terhadap permintaan Ukraina untuk pelatihan militer dan bantuan "lethal" atau senjata.

Dokumen tersebut termasuk dalam puluhan dokumen rahasia yang diposting secara online dalam beberapa minggu terakhir, dalam apa yang bisa menjadi bocoran rahasia Amerika yang paling serius dalam beberapa tahun.

Baca Juga: Perang di Avdiivka: Penduduk Sipil Berjuang untuk Bertahan Hidup

Berjudul "Europe|Response to Ongoing Russia-Ukraine Conflict," dokumen tersebut dalam bentuk tabel yang memuat "posisi yang dinilai" dari 38 pemerintah Eropa dalam menanggapi permintaan Ukraina untuk bantuan militer.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Serbia menolak memberikan pelatihan kepada pasukan Ukraina, tetapi telah berkomitmen untuk mengirimkan bantuan "lethal" atau bahkan sudah memberikannya.

Dokumen itu juga mengatakan bahwa Serbia memiliki kemauan politik dan kemampuan militer untuk menyediakan senjata ke Ukraina di masa depan.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Terus Berlangsung, Lebih dari 40 Serangan Musuh Digagalkan dalam 24 Jam Terakhir

Dokumen ini ditandai Rahasia dan NOFORN, melarang distribusinya ke layanan intelijen dan militer asing. Dokumen tersebut bertanggal 2 Maret dan bercap segel dari kantor Joint Chiefs of Staff.

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi keaslian dokumen tersebut.

Kantor Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, dan kedutaan besar Ukraina tidak segera merespons permintaan komentar.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Serangan Tak Henti di Donetsk Timur, Ratusan Ton Bahan Bakar Hancur!

Pentagon juga tidak segera merespons pertanyaan Reuters tentang referensi dokumen terhadap Serbia dan sebelumnya menolak untuk berkomentar tentang dokumen yang bocor.

Pemerintah Vucic menyatakan netralitas dalam perang Ukraina, meskipun negara tersebut memiliki hubungan sejarah, ekonomi, dan budaya yang kuat dengan Rusia.

"Jika dokumen ini akurat, itu menunjukkan duplisitas Vucic terhadap Rusia atau dia sedang di bawah tekanan besar dari Washington untuk memberikan senjata ke Ukraina," kata Janusz Bugajski, seorang pakar Eropa Timur dengan Jamestown Foundation, sebuah institut kebijakan luar negeri, dikutip ZonaPriangan.com dari Reuters.

Baca Juga: Tiga Anak Terpisah dari Keluarga oleh Otoritas Rusia: Dianiaya dan Dibuang di Kamp Musim Panas

Departemen Kehakiman sedang menyelidiki bocoran tersebut, sementara Pentagon menilai kerusakan yang ditimbulkan terhadap keamanan nasional AS.

Tabel Pentagon membagi respons terhadap permintaan Ukraina untuk bantuan menjadi empat kategori: negara-negara yang telah berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan bantuan "lethal"; negara-negara yang telah memberikan pelatihan, bantuan "lethal", atau keduanya; negara-negara dengan kemampuan militer dan kemauan politik "untuk memberikan bantuan lethal di masa depan".

Austria dan Malta adalah dua negara yang dicatat "Tidak" dalam keempat kategori tersebut.

Baca Juga: Pembebasan 31 Anak dari Tangan Rusia: Kisah Haru Reuni Mereka dengan Keluarga di Ukraina

Pengungkapan tabel tersebut terjadi hanya sekitar satu bulan setelah dokumen Dokumen yang bocor ini menimbulkan pertanyaan tentang posisi Serbia dalam konflik di Ukraina dan hubungannya dengan Rusia dan Amerika Serikat.

Beberapa analis berpendapat bahwa Serbia mungkin bermain dua kaki dengan mempertahankan netralitas secara publik sementara diam-diam memberikan dukungan militer kepada Ukraina.

Yang lain berpendapat bahwa Serbia hanya mengejar kepentingan sendiri dan berusaha menyeimbangkan hubungannya dengan Moskow dan Washington.

Baca Juga: Mengguncang Hati: Konflik Ukraina yang Merenggut Nyawa dan Memicu Kekhawatiran Dunia Internasional

Namun bagaimanapun, dokumen yang bocor ini menggarisbawahi kompleksitas lanskap geopolitik di Eropa dan tantangan yang dihadapi Amerika Serikat dalam menavigasi medan ini.

Bocornya dokumen ini juga menjadi pengingat tentang perjuangan antara transparansi dan kerahasiaan dalam urusan internasional.

Meskipun pemerintah memiliki alasan yang sah untuk menjaga beberapa informasi tetap rahasia, bocoran seperti ini dapat membuka cahaya terhadap isu-isu penting yang mungkin akan tetap tersembunyi dari pandangan publik.

Pada akhirnya, implikasi penuh dari bocornya dokumen ini masih belum jelas. Namun satu hal yang pasti: konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan dampaknya terhadap politik regional dan global akan terus menjadi sumber kontroversi dan debat selama beberapa tahun mendatang.***

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler